Laman

Sabtu, 07 Mei 2011

Referat: Retensio Plasenta Posted on January 4, 2007 by Alhamsyah Blog Pendahuluan Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena: a). plasenta belum lepas dari dinding uterus; atau b). plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena: a). kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva); b). plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Insiden Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%–60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Insidens perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 16%–17% Di RSU H. Damanhuri Barabai, selama 3 tahun (1997–1999) didapatkan 146 kasus rujukan perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta. Dari sejumlah kasus tersebut, terdapat satu kasus (0,68%) berakhir dengan kematian ibu. Anatomi Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua. Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin. Etiologi dan Patogenesis Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat oto miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti. Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu: 1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis. 2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm). 3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa. 4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta : 1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring. 2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta. 3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus. Gejala Klinis a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. Pemeriksaan Penunjang a. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat. b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain. Diagnosa Banding Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua. Penanganan Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah: a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah. b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi. c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus. e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. f. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi meliputi: 1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan. 2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ. 3. Sepsis 4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya. Prognosis Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.

Referat: Retensio Plasenta Pendahuluan Retensio plasenta (placental retention) merupakan plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir. Sedangkan sisa plasenta (rest placenta) merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (late postpartum hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari pasca persalinan. Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena: a). plasenta belum lepas dari dinding uterus; atau b). plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena: a). kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva); b). plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta). Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarserasio plasenta). Insiden Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu (40%–60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Insidens perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan berkisar 16%–17% Di RSU H. Damanhuri Barabai, selama 3 tahun (1997–1999) didapatkan 146 kasus rujukan perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta. Dari sejumlah kasus tersebut, terdapat satu kasus (0,68%) berakhir dengan kematian ibu. Anatomi Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua. Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan CO2, membentuk hormon, serta penyalur berbagai antibodi ke janin. Etiologi dan Patogenesis Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecian mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat oto miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti. Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu: 1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis. 2. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm). 3. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa. 4. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tinggi. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta : 1. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring. 2. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa; implantasi di cornu; dan adanya plasenta akreta. 3. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus. Gejala Klinis a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan. b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus. Pemeriksaan Penunjang a. Hitung darah lengkap: untuk menentukan tingkat hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Hct), melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat. b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Tromboplastin Time (aPTT) atau yang sederhana dengan Clotting Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain. Diagnosa Banding Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui garis spons desidua. Penanganan Penanganan retensio plasenta atau sebagian plasenta adalah: a. Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah. b. Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus berkontraksi. c. Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan uterus. d. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus. e. Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. f. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral. g. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan untuk pencegahan infeksi sekunder. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi meliputi: 1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan. 2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan penurunan perfusi organ. 3. Sepsis 4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk memiliki anak selanjutnya. Prognosis Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang, keadaan sebelumnya serta efektifitas terapi. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat sangat penting.

Kegawatan Maternitas

Kegawatan Maternitas 1. Danger (bahaya) Kenali bahaya untuk diri sendieri dan pasien, kita mengunakan Handscone dan masker untuk proteksi diri 2. Respons Priksa kesadaran Klien dengan cara memanggil klien, jika tidak berespon tebuk bahu klien dan jika tidak berespon segera panggil bantuan 3. Airway Bersihkan jalan napas, buka jalan napas dengan tehnik Head till chin Lift ( miringkan kepala dan angkat bahu) 4. Breathing Periksa pernapasan dengan cara · Look : dilihat pergerakan dada · Listen : dengarkan sauara napas · Feel : rasakan hembusan udara yang keluar 5. Circulation Periksa adanya perdarahan atau tidak, cek nadi karotis bila tidak teraba dilakukan ventilasi 2 kali dengan cara : · Mouth to mouth · Mouth to mask · BVM 1. Kegawatan Kehamilan - Trimester I a. Abortus jenis-jenis abortus dan penatalaksanaannya a) Aborsi Yang Mengancam (Abortus Iminens) Aborsi yang mengancam berhubungan dengan perdarahan dari letak Placenta dimana tidak cukup hebat untuk mengahiri kehamilan biasanya terjadi dalam 12 minggu pertama. Tanda dan gejala: 1) Darah merah terang/coklat yang bukan melalui Vagina 2) Nyeri ringan pada Abdomen/ nyeri punggung 3) Ostium serviks etertutup dan membran utuh Penanganan: 1) Pasien harus ditenangkan dan dianjurkan berbaring 2) Monitor TTV 3) Hitung total volume darah yang keluar 4) Rujuk ke Rumah Sakit Penatalaksanaan di Rumah Sakit: 1) Bedrest 2) Pemberian obat Sedatif 3) Catat dan kaji TTV 4) Lakukan USG b) Aborsi yang Tidak dapat Dihindari (Abortus Insipien) Suatu oborsi dipertimbankan menjadi tak dapat dihindari ababila serviks berdilatasi keadaan ini biasanya terjadidalam 12 minggu kehamilan Tanda dan Gejala : 1) Darah merah terang keluar melalui vagina 2) Nyeri abdomen yang teratur 3) Pasien cepas dan tidak tenang Penanganan : 1) Pasien harus ditenangkan 2) Catat dan kaji TTV Penatalaksanaan di Rumah Sakit 1) Bedrest 2) Pemberian obat analgetik dan sedative 3) Catat dan kaji TTV 4) Lakukan USG c) Abortus Incomplit (Keguguran tidak lengkap) Sebagian dari buah kehamilan telah dilakukan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertingal di dalam rahim. Tanda dan gejala : 1. setelah terjadi Abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus menerus 2. serviks tetap terbuka Penatalaksanaan : Abortus incomplit harus segera dibersihkan dengan Curettage atau secara digital. Selama masih ada sisa-sisa placenta akan terjadi terus perdarahan d) Abortus komplit (keguguran lengkap) Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap maka hendaknya pada Abortus ini kita priksa jaringan yang dilahirkan. e) Abortus Provokatus (disenagaja digugurkan) - Abortus provokatus theraphitikus. Yaitu untuk tindakn terapi pada ibu-ibu yang memilki penyakit jantung - Abortus kriminalis. Adalah penguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum. b. KET ( kehamilan ektopik terganggu) 1. kehamilan Tuba tanda dan gejala: - nyeri perut - Amenore - perdarahan pervagina - terjadi syok hepovolemik - gangguan BAK pemeriksaan diagnostik - Reaksi Galli mainni : (+) jika ada kehamilan, (-) jika tidak berarti - Dauglas fungsi :jarum besar yang di hubungkan dengan spuit di tusukan kedalam kavum dauglas ditempat kavum dauglas menonjol kedalam vornik posterior, (+) jika darah berwarna merah tua, tidak membeku setelah di hisap terdapat gumpalan-gumpalan darah kecil pengobatan : segera dilakukan oprasi salphingektomi denagn pemberian tranfusi darah 2. Kehamilan abdominal Tanda dan gejala; 1. pergerkan anak dirasakan nyeri oleh ibu 2. BJA lebih jelas terdenagar 3. bagian anak lebih mudah teraba 4. sakit perut hebat disertai pusing Penatalaksanaan: 1. Oprasi ditujukan untuk melahirkan anak saja sedangkan lasebta ditinggalkan 2. Plasenta yang ditinggalkan lambat laun akn di resorbsi 3. tranfusi jika diperlukan 3. kehamilan ovarial Jarang terjadi dan biasanya terjadi dengan ruktur dengan hamil muda untuk Mendiagnosa kehamilan ovarial harus dipenuhi kriteria dari spiegel berb. - Trimester II 1. prekalamsi 2. Eklamsi - Trimester III a. Plasenta Privia tanda dan gejala 1. Perdarahan tanpa nyeri 2. perdarahan berulang ulang 3. Perdarhan keluar banyak 4. teraba jaringan palsenta 5. Robekan selaput marginal Terapi : a. Terapi aktif - cara vaginal untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan penutup perdarah dengan tampol - Dengan SC untuk mengosongkan rahim b. Terapi Ekspektif - pemecahan ketuban - versi Braxton Hick adalah tampon placenta dengan bokong b. Solusio placenta Tanda dan gejala : - Perdarahan disertai nyeri - Anemi dan syok - Perdarahan keluar sedikit - Palpasi sukar karena rahim keras Terapi : 1. Terapi umum -pemberian darah cukup -pemberian O2 -pemberian antibiotik -pada syok diberikan Kortikostreroid 2. Terapi obstetri pimpin persalina pada pasien bertujuan untuk pempercepat persalinan sedapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam. 2.Kegawatan Persalinan a. Robekan Rahim tanda dan gejala : 1. Sewaktu kontrksi pasien tiba-tiba nyeri 2. His berhenti 3. perdarhan pervagina 4. BJA tidak ada 5. Hematuri 6. Syok Terapi : 1. Jika sudah didiagnosa ruptur uteri tidak usah melahirkan anak pervaginal 2. Oprasi laparatomi untuk menggkat rahim yang robek 3. Tranfusi darah 4. Post op pasien diletakan secara fowler supaya infeksi terbatas pada prlvis dan diberi antibiotik dalam dosis tinggi. 3.Kegawatan post partum I. Penertian adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). II. Etiologi Penyebab umum perdarahan postpartum adalah: 1. Atonia Uteri 2. Retensi Plasenta 3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban - Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta) - Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia) 4. Trauma jalan lahir a. Episiotomi yang lebar b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim c. Rupture uteri 5. Penyakit darah Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai : - Perdarahan yang banyak. - Solusio plasenta. - Kematian janin yang lama dalam kandungan. - Pre eklampsia dan eklampsia. - Infeksi, hepatitis dan syok septik. 6. Hematoma 7. Inversi Uterus 8. Subinvolusi Uterus III. Manifestasi Klinis Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual. Gejala Klinis berdasarkan penyebab: a. Atonia Uteri: Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain) b. Robekan jalan lahir Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil. c. Retensio plasenta Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta) Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang. e. Inversio uterus Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat IV. Patofisiologi Faktor Etiologi Kontraksi uterus menurun Pembuluh-pembuluh darh melebar dan tidak menutup sempurna untuk meningkakat sirkulasi Sehingga perdarahan terus-menerus Syok Hipovolemik Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim. Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim. Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta : Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah V. Pemeriksaan Penunjang a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000) c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan VI. Terapi Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut : · Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri. · Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan. · Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi. · Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam. · Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan. · Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif · Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta. · Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran. · Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan. VII. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan tanda-tanda vital 1) Suhu badan Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia 2) Nadi Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat. 3) Tekanan darah Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia 4) Pernafasan Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal. b. Pemeriksaan Khusus Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi : 1. Nyeri/ketidaknyamanan Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma) 2. Sistem vaskuler § Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya § Tensi diawasi tiap 8 jam § Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah § Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan § Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura. 3. Sistem Reproduksi a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat jam post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak e. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum f. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi) 4. Traktus urinarius Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain 5. Traktur gastro intestinal Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi 6. Integritas Ego VIII. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Riwayat kesehatan dahulu riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta 2. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual. 3. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular. - Riwayat obstetrik a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu mas, ketakutan dan khawatir B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan 2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia 3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb 5. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak mengenal sumber informasi C. Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum No Diagnosa Intervensi Rasional 1 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan Tujuan : Volume cairan adekuat Hasil yang diharapkan: - TTV stabil - Pengisian kapiler cepat - Haluaran urine adekuat Intrevensi : 1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion. 2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter. 3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis pubis 4. Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku, membran mukosa dan bibir. 5. Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal, bila ada 6. Pantau masukan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien 7. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologi 2 . Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemi Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan Kriteria hasil : · Menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal · Ekstremitas hangat · Kapiler refill <> 35 tahun § Paritas > 3 kali § Inaktivitas § Kelahiran cesar § Diabetes mellitus

GAGAL GINJAL KRONIK (CHRONIC RENAL FAILURE)

I. Pengertian Gagal ginjal kronik merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. (Suparman, 1990: 349). Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung dalam beberapa tahun (Lorraine M Wilson, 1995: 812). II. Etiologi 1. Gout menyebabkan nefropati gout. 2. Diabetes Mellitus yang menyebabkan nefropati DM. 3. SLE yang menyebabkan nefropati SLE. 4. Riwayat batu yang menyebabkan penyakit ginjal glomerular. 5. Riwayat edema yang mengarah ke penyakit ginjal glomerular. 6. Riwayat penyakit ginjal dalam keluarga (yang diduga mengarah ke penyakit ginjal genetik). III. Klasifikasi Sesuai dengan test kreatinin klirens, maka GGK dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut: 1. 100-76 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal berkurang. 2. 75-26 ml/mnt, disebut insufisiensi ginjal kronik. 3. 25-5 ml/mnt, disebut gagal ginjal kronik. 4. <> IV. Komplikasi 1. Hipertensi. 2. Infeksi traktus urinarius. 3. Obstruksi traktus urinarius. 4. Gangguan elektrolit. 5. Gangguan perfusi ke ginjal. V. Gejala dan tanda 1. Hematologik Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan lekosit. 2. Gastrointestinal Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva. 3. Syaraf dan otot Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome. 4. Kulit Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan karena gatal. 5. Kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema. 6. Endokrin Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual, libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin D. VI. Pemeriksaan penunjang 1. Radiologi Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari komplikasi yang terjadi. 2. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/ obstruksi) Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa. 3. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat. 4. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat. 5. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal. 6. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial. 7. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik. 8. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap sebagai bendungan. 9. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel. 10. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia). 11. Biopsi ginjal : 12. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik : - Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia. - Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah. - Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun. - Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan. - Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis. - Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK. - Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang. - Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein. - Peninggian Gula Darah , akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan ferifer) - Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan, peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya lipoprotein lipase. - Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal. VII. Penatalaksanaan 1. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab. 2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam. 3. Diet tinggi kalori rendah protein. 4. Kendalikan hipertensi. 5. Jaga keseimbangan eletrolit. 6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK. 7. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal. 8. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi. 9. Persiapkan program hemodialisis. 10. Transplantasi ginjal.

CA MAMMAE

CA MAMMAE A. Definisi Kanker Payudara (Ca Mammae) Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. Normalnya, sel yang mati sama dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami malignansi/ keganasan atau bersifat kanker maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan kebutuhan, sehingga membentuk tumor atau berkembang “tumbuh baru” tetapi tidak semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale 1996). B. Insiden Setiap tahun di diagnosis 183.000 kasus baru kanker payudara di amerika serikat. Bukan hanaya kanker payudara saja lebih banyak mengenai wanita dari pada pria. Pada usia 85 satu dari sembilan wanita akan mengalami kanker payudara. Kemampuan pasien yang di diagnosis kanker payudara bertahan hidup masih mencapai 5 tahun sejak awal di diagnosis kanker payudara sekitar 93 %. Jika kanker telah menyebar secara regional saat di diagnosis kemampuan bertahan hidup selama 5 tahun menjadi 72 % dan untuk seseorang dengan metastasis yang luas saat di diagnosis kemampuan bertahan hidupnya hanya 18 %. C. Etiologi Faktor resiko untuk kanker payudara meliputi: 1. Usia di atas 40 tahun. 2. Ada riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga. 3. Menstruasi pada usia yang muda/ usia dini. 4. Manopause pada usia lanjut. 5. Tidak mempunyai anak atau mempunyai anak pertama pada usia lanjut. 6. Penggunaan esterogen eksogen dengan jangka panjang. 7. Riwayat penyakit fibrokistik. 8. Kanker endometrial, ovarium atau kanker kolon. Akan tetapi hanya 25 % wanita yang mengalami kanker payudara mempunyai beberapa faktor resiko ini. Karena itu salah satu faktor resiko yang paling penting adalah sangat sederhana yaitu wanita. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan diet di antara masukan tinggi lemak, kegemukan dan terjadinya kanker payudara, tetapi hubungan ini belum di ciptakan secara pasti. D. Patofisiologi Neoplasma merupakan kelopmpok sel yang berubah dengan ciri prolifersai sel berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali sehingga mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasuki dengan cara etastasis. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel dimana telah terjadi transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas diantara sel normal. Proses jangka panjang terjadinya kanker adalah sebagai berikut : 1. Fase induksi : 15-30 tahun 2. Fase in situ : 1-5 tahun 3. Fase invasi 4. Fase desiminasi : 1-5 tahun E. Tanda dan Gejala Fase awal kanker payudara asimptomatik (tanpa ada tanda dan gejala). Tanda awal yang paling umum terjadi adalah adanya benjolan atau penebalan pada payudara. Kebanyakan 90 % ditemukan oleh wanita itu sendiri, akan tetapi di temukan secara kebetulan, tidak dengan menggunakan pemeriksaan payudara sendiri (sarari), karena itu yayasan kanker menekankan pentingnya melakukan sadari. Tanda dan gejala lanjut dari kanker payudara meliputi kulit sekung (lesung), retraksi atau deviasi puting susu, dan nyeri, nyeri tekan atau rabas khususnya berdarah, dari putting. Kulit Peau d’ orange, kulit tebal dengan pori-pori yang menonjol sama dengan kulit jeruk, dan atau ulserasi pada payudara keduanya merupakan tanda lanjut dari penyakit. Tanda dan gejala metastasis yang luas meliputi nyeri pada daerah bahu, pinggang, punggung bagian bawah, atau pelvis, batuk menetap, anoreksi atau berat badan yang turun, gangguan pencernaan, pusing, penglihatan yang kabur dan sakit kepala. F. Klasifikasi Kanker Payudara Klasifikasi kanker payudara menurut WHO (1968) : 1. Karsinoma duktal menginfiltrasi adalah tipe histologis yang paling umum merupakan 75% dari semua jenis kanker payudara. Kanker ini sangat jelas karena keras sat dipalpasi dan bermetastase ke nodus aksila. Prognosisnya lebih buruk dibandingkan tipe kanker yang lain. 2. Karsinoma medular merupakan 6% dari kanker payudara dan tumbuh dalam kapsul dalam duktus. Prognosisnya lebih baik. 3. Kanker musinus merupakan 3% dari kaknker payudara. Prognosisnya lebih baik dari tipe kanker payudara yang lain. 4. Kanker duktal-tubular merupakan tipe yang jarang terjadi dan merupakan 2% dari kanker payudara dengan metastase aksilaris secara histologi tidak lazim. Prognosis sangat baik. 5. Kanker inflamatori adalah tipe kanker payudara yang jarng (1%-2%) dengan gejal yang berbeda dengan kanker yang lain yaitu dengan nyeri tekan dan sangat nyeri. Payudara secara abnormal membesar dan keras. Kulit diatas tumor merah dan agak kehitaman, sering terjadi edema dan retraksi puting susu. G. Komplikasi Komplikasi dari kanker payudara adalah metastase ke tulang, jika hal itu terjadi di tulang belakang maka akan terjadi kompresi medula spinalis. H. PEMERIKAAN PENUNJANG 1. Laboratorium a. Morfologi sel darah b. laju endap darah c. Tes tumor marker (Carsino Embrionic Antigen / CEA) dalam serum atau plasma d. Pemeriksaan sitologik 2. Tes diagnosa lainnya a. Non invasif 1) Mamografi 2) Radiologi (thorak) 3) USG 4) MRI 5) Positive Emission Tomografi (PET) b. Invasif 1) Biopsi (AJH) 2) Tru-Cut atau Core Biopsi 3) Insisi Biopsi 4) Eksisi Biopsi

Tali Pusat Menumbung

Tali Pusat Menumbung Tali Pusat Menumbung adalah keadaan tali pusat ada di samping atau di bawah bagian terbawah janin. Meskipun merupakan komplikasi yang jarang – kurang dari 1 persen (0.3 sampai 0.6 persen) – tetapi artinya besar sekali oleh karena angka kematian janin yang tinggi dan bahaya untuk ibu bertambah besar akibat tindakan operatif yang digunakan dalam penanganannya. Penekanan tali pusat antara bagian terbawah janin dengan panggul ibu mengurangi atau menghentikan aliran darah ke janin dan bila tidak dikoreksi akan menyebabkan kematian bayi. KLASIFIKASI TALI PUSAT MENUMBUNG Presentasi tali pusat. Ketuban utuh. Tali pusat menumbung. Ketuban pecah. Tali pusat menempati salah satu dari tiga kedudukan: 1. Terletak di samping bagian terbawah janin di PAP. Penumbungan yang tidak begitu nyata seperti ini lebih sering dari yang umumnya diduga. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian bayi dalam persalinan tanpa meninggalkan bukti-bukti sedikitpun pada persalinan per vaginam. 2. Turun ke vagina. 3. Melewati introitus dan ke luar dari vagina. ETIOLOGI Bila bagian terbawah janin tidak menutup dan mengisi PAP dengan sempurna maka ada bahaya terjadinya tali pusat menumbung. Risikonya lebih besar pada presentasi majemuk dan bila ketuban pecah. Etiologi fetal 1. Presentasi abnormal: Presentasi abnormal terdapat pada hampir setengah kasus-kasus tali pusat menumbung. Oleh karena 95 persen presentasi adalah kepala. sebagian besar tali pusat menumbung terjadi pada presentasi kepala. Meskipun demikian insidensi relatif yang paling tinggi berturut-turut adalah sebagai berikut: (1) letak lintang; (2) presentasi bokong. terutama bokong kaki; dan (3) presentasi kepala. 2. Prematuritas. Dua faktor memainkan peranan dalam kegagalan untuk mengisi PAP: (1) bagian terbawah yang kecil, dan (2) seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur. Kematian janin tinggi. Salah satu sebabnya adalah karena bayi yang kecil tidak tahan terhadap trauma dan anoksia. Sebab yang lain adalah keengganan melakukan ope-rasi besar pada ibu jika kemungkinan untuk menyelamatkan bayinya hampir tidak ada. 3. Kehamilan ganda. Faktor-faktor yang berpengaruh di sini meliputi gangguin adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, insidensi hydramnion yang tinggi, dan pecahnya ketuban anak kedua selagi masih tinggi. 4. Hydramnion. Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke bawah. Etiologi maternal dan obstetrik 1. Disproporsi kepala panggul: Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung. 2. Bagian terendah yang tinggi: Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal, terutama pada multipara. Bila pada saat ini ketuban pecah maka tali pusat dapat turun ke bawah. Etiologi dari tali pusat dan plasenta 1. Tali pusat yang panjang: Semakin panjang tali pusat maka semakin mudah menumbung. 2. Placenta letak rendah: Jika plasenta terletak dekat cervix maka ia akan menghalangi penurunan bagian terendah. Di samping itu insersi tali pusat lebih dekat cervix. Etiologi iatrogenik: Sepertiga kali pusat menumbung terjadi selama tindakan obstetrik. 1. Pemecahan ketuban secara artifisial. Bila kepala masih tinggi, atau bila ada presentasi abnormal maka pemecahan ketuban dapat diikuti dengan tali pusat menumbung. 2. Pembebasan kepala dari PAP. Kepala dinaikkan ke atas panggul untuk mempermudah putaran paksi. 3. Fleksi kepala yang semula dalam keadaan ekstensi. 4. Versi ekstraksi. 5. Pemasangan kantong (sekarang jarang dilakukan). DIAGNOSIS TALI PUSAT MENUMBUNG Diagnosis tali pusat menumbung dibuat dengan dua cara: (1) melihat tali pusat di luar vulva, dan (2) meraba tali pusat pada pemeriksaan vaginal. Oleh karena kematian janin tinggi bila tali pusat sudah keluar melalui introitus, harus dicari cara-cara untuk dapat menegakkan diagnosis lebih awal. PEMERIKSAAN VAGINAL Pemeriksaan vaginal harus dilakukan: 1. Jika terjadi gawat janin yang tidak diketahui sebabnya. dan terutama jika bagian terbawah belum turun. Sayangnya mungkin gawat janin merupakan gejala yang akhir. 2. Jika ketuban pecah dengan bagian terendah yang masih tinggi. 3. Pada semua kasus malpresentasi pada waktu ketuban pecah. 4. Jika bayinya jelas prematur. 5. Pada kasus-kasus kembar. PROGNOSIS Persalinan Persalinan tidak terpengaruh oleh tali pusat menumbung. Ibu Bahaya untuk ibu hanya apabila dilakukan tindakan traumatik untuk menyelamatkan bayi. Janin Kematian perinatal tak dikoreksi sekitar 35 persen. Harapan untuk bayi tergantung pada derajat dan lamanya kompresi tali pusat dan interval antara diagnosis dan kelahiran bayi. Nasib janin tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut: 1. Semakin balk keadaan janin pada waktu diagnosis dibuat, semakin besar harapan hidupnya. Tali pusat yang berdenyut keras merupakan gejala yang balk dan sebaliknya tali pusat yang berdenyut lemah berarti tidak balk. 2. Semakin cepat bayi dilahirkan setelah tali pusat turun ke bawah, semakin baik hasilnya. Penundaan lebih dari 30 menu memperbesar kematian janin empat kali. 3. Janin yang lebih tua utnur kehamilannya lebih besar pula kemampuannya bertahan terhadap proses-proses traumatik. 4. Semakin kurang trauma pada kelahiran bayi, semakin baik prognosis untuk ibu dan anak. 5. Pembukaan cervix mungkin merupakan faktor yang terpenting. Jika pembukaan -Judah lengkap pada waktu diagnosis dibuat maka akan banyak bayi yang dapat diselamatkan. Semakin kecil pembukaan prognosisnya semakin jelek. Perkecualian untuk ini adalah jika dapat dilakukan sectio caesarea dengan segera. dalam hal mana prognosisnya sama baik atau lebih balk pada pembukaan cervix yang masih kecil. 6. Kematian janin bertambah dengan semakin panjangnya interval antara pecahnya ketuban dan kelahiran bayi. PENANGANAN TALI PUSAT MENUMBUNG Tali pusat menumbung dibiarkan dan persalinan diteruskan pada keadaan-keadaan sebagai berikut: 1. Bila janin sudah meninggal. 2. Bila janin diketahui abnormal (mis. anencephalus). 3. Bila janin masih sangat prematur sehingga tidak ada harapan untuk dapat hidup. Tidak ada gunanya memberikan risiko pada ibu. Usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat dan memperbaiki keadaan janin adalah sebagai berikut: 1. Penolong memasukkan satu tangan ke dalam vagina dan mendorong bagian terendah ke atas menjauhi tali pusat. Pada waktu yang bersiumum dilakukan persiapan untuk menolong persalinan. 2. Pasien diletakkan dalam sikap lutut-dada (knee chest) atau Trendelenburg, dengan pinggul di atas dan kepala di bawah. 3. Diberikan oksigen dengan masker kepada ibu. 4. Denyut jantung janin sering diperiksa dengan teliti. 5. Dilakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan presentasi, pembukaan cervix, turunnya bagian terendah dan keadaan tali pusat. Jika pembukaan sudah lengkap dilakukan usaha-usaha untuk pelbagai presentasi sebagai berikut: 1. Presentasi kepala, kepala rendah di dalam panggul: Ekstraksi dengan forceps. 2. Presentasi kepala, kepala tinggi: versi ekstraksi. Cara ini mengandung bahaya terjadinya ruptura uteri tetapi oleh karena ini merupakan usaha dalam keadaan putus asa untuk menyelamatkan anak maka risiko tersebut harus diambil. 3. Presentasi bokong: Kedua kaki diturunkan dan bayi dilahirkan sebagai presentasi bokong kaki secepat mungkin. 4. Letak lintang: Versi dalam menjadi presentasi kaki dan segera dilakukan ekstraksi. Jika pembukaan belum lengkap dilakukan usaha-usaha sebagai berikut: 1. Sectio caesarea merupakan pilihan utama selama bayinya cukup bulan dan dalam keadaan baik. Nasib bayi pada sectio caesarea jauh lebih baik dibanding kelahiran dengan cara lain. Bahaya untuk ibu juga sangat kurang dibanding dengan melahirkan bayi secara paksa pada pembukaan yang belum lengkap. Sementara dilakukan persiapan operasi. diadakan usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali pusat seperti tersebut di atas. 2. Reposisi tali pusat dapat dicoba jika tidak dapat dikerjakan sectio caesarea. Tali pusat dihawa ke atas ke dalam uterus. sedang bagian terendah janin didorong ke bawah masuk panggul kemudian ditahan. Kadang-kadang reposisi tali pusat berhasil tetapi umumnya kita kehilangan banyak waktu yang berharga pada waktu melakukannya. 3. Jika usaha ini tidak berhasil. pasien dipertahankan dalam posisi Trendelenburg dengan harpan tali pusat tidak tertekan sehingga bayi tetap dapat hidup sampai pembukaan menjadi cukup lebar untuk memungkinkan lahirnya bayi. 4. Dilatasi cervix secara manual, insisi cervix, dan cara-cara lain untuk memaksakan pembukaan cervix tidak akan pernah dapat diterima. Keberhasilannya kecil sedang risiko untuk ibu besar. Profilaksis Manipulasi obstetrik yang memungkinkan ketuban pecah prematur (seperti pemecahan ketuban secara artifisial pada kepala yang belum turun atau pada adanya malpresentasi) dan yang memperbesar insidensi tali pusat menumbung harus dihindari. Pasien-pasien yang ketubannya pecah di rumah baik sebelum atau dalam persalinan harus dikirim ke rumah sakit. LILITAN TALI PUSAT Jenis lilitan tali pusat yang paling sering dijumpai adalah lilitan tali pusat sekitar leher anak. Dari waktu ke waktu dijumpai lilitan tali pusat sebanyak empat kali dan pernah dilaporkan ada yang sampai sembilan kali. Tali pusat dapat membentuk lilitan sekitar badan, bahu, dan tungkai atas atau bawah. Keadaan ini dijumpai pada air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan bayi yang kecil. Dalam kehamilan umumnya tidak timbul masalah. Kadang-kadang pada waktu janin turun dalam persalinan lilitan menjadi cukup kencang sampai mengurangi aliran darah yang melalui tali pusat dan mengakibatkan hipoksia janin. Hanya kadang-kadang saja lilitan tali pusat menyebabkan kematian janin atau bayi baru lahir. Tetapi pada kasus-kasus dengan lilitan tali pusat lehh sering dijumpai kelainan denyut jantung janin, air ketuban yang bercampur mekonium dan bayi-bayi yang memerlukan resusitasi. Telah dilaporkan nilai Apgar yang jauh Iebih rendah. Tidak pernah ada indikasi untuk melahirkan bayi secara radikal atau tergesa-gesa pada kelainan-kelainan tali pusat selain tali pusat yang menumbung. Pustaka Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan

Kehamilan Kembar (Ganda)

Kehamilan Kembar (Ganda) Kejadian kehamilan kembar berdasarkan: • Greulich (1930) = 1 : 85. • Hellin = 1 : 89 ( Hukum Hellin). Jenis hamil ganda (kembar) 1. Monozigot a. Homolog-uniovuler. b. Jenis seks sama. c. 2 amnion dan 1 korion. d. 1 plasenta dengan aliran darah bersama. 2. Dizigot a. 2 amnion-2 korion dan 2 plasenta dengan aliran darah berbeda. b. Jenis seks berbeda atau dapat juga sama. c. Kejadian hamil ganda dizigot: Superkefundasi: • Kehamilan dua telur (ovum) hampir bersamaan dengan hubu¬ngan seks dalam waktu berdekatan. Superfetasi: • Kehamilan kedua terjadi selang waktu beberapa minggu. Komplikasi kehamilan ganda 1. Trimester pertama • Emesis gravidarum-hiperemesis gravidarum. • Lebih sering terjadi anemia hamil. • Abortus. 2. Trimester kedua/ketiga a. Persalinan prematuritas. b. Kehamilan dengan hidramnion. c. Pre-eklampsia-eklampsia. d. Kelainan letak. e. Antepartum bleeding—plasenta previa/solusio plasenta. f. Gangguan pertumbuhan janin. - Intrauterine grouth retardation- - Pertumbuhan prematuritas. - Terjadi anomali pertumbuhan. 3. Komplikasi pascapartus a. Atonia uteri dan perdarahan pascapartus. b. Retensio plasenta atau plasenta rest. c. Memerlukan tindakan lanjut: - Akardiakus asefalus - Akardiakus akornus. - Akardiakur amorfus sampai akardiakus papiraseus. d. Terjadi sindrom transfusi: • Satu janin tumbuh: • Pertumbuhan janin yang baik. • Polisetemia. • Edema. • Hidramnion. Janin yang lainnya terjadi: • Janin kecil sampai meninggal. • Menderita anemia. • Dehidrasi. • Oligohidramnion. e. Bila ada gangguan dalam segmentasi, dapat terjadi kembar siam (dempet). • Torakopagus. • Sifo-omfalopagus. • Pigopagus. • Iskiopagus. • Kraniopagus. f. Pada hamil dizigot, perbedaan kemampuan tumbuh kembang dapat membahayakan kehidupan lainnya dan menimbulkan: • Fetus kompresus atau fetus papiraseus. 4. Komplikasi saat inpartu a. Terjadi inersia uteri primer-sekunder. b. Persalinan memanjang, kelainan letak janin, dan memerlukan tindakan operasi. c. Terjadi ketuban pecah saat belum inpartu-permukaan kecil. d. Terjadi prolapsus tali pusat. e. Persalinan sulit sampai interlooking. f. Pada persalinan anak kedua: • Kelainan letak sehingga memerlukan tindakan operasi. • Terjadi solusio plasenta. Dasar diagnosis hamil ganda 1. Teraba • Dua bokong atau kepala berdekatan atau dua punggung. • Terasa banyak bagian kecil janin. • Teraba tiga bagian besar berdekatan. • Besar rahim melebihi umur kehamilan. • Terdapat kesan hidramnion. 2. Dengan USG • Sejak hamil muda sudah dapat ditentukan. • Hamil tua makin jelas. Referensi Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri, ginekologi, dan KB Oleh Ida Bagus Gde Manuaba

Kehamilan Dengan Diabetes Melitus

Kehamilan Dengan Diabetes Melitus Berdasarkan pola makanan di Indonesia, tidak banyak dijumpai kehamilan disertai diabetes melitus, hanya sekitar 0,7-1%. Kecurigaan terhadap kemungkinan hamil dengan diabetes melitus: 1. Sejarah kehamilan: • Penderita gemuk, sejarah keluarga banyak diabetes melitus. • Persalinan dengan berat bayi di atas 4 kg. • Kejadian abortus berulang tanpa sebab, sampai terjadi kematian janin dalam rahim. 2. Pada pemeriksaan akan dijumpai: a. Umur hamil di atas 30 tahun. b. Disertai: - Gemuk dan berat badan lebih. - Hipertensi. - Kehamilan dengan komplikasi: • Hidramnion. • Kesan makrosomia. • Pre-eklampsia-eklampsia. c. Komplikasi dapat terjadi: • Nefropati. • Retinopati. • Penyakit jantung koroner. • Gagal ginjal-total. Dasar diagnosis kehamilan pada diabetes melitus Diagnosis ditegakkan berdasarkan: a. Sejarah keluarga dengan diabetes mellitus. b. Kehamilan dengan sejarah abortus, kematian janin, atau bayi besar di atas 4 kg. c. Pemeriksaan alfa foto protein untuk mencari kemungkinan kelainan kongenital atau neurologic. d. Pemeriksaan gula darah di atas 140 mg/liter. e. Hasil glukosa toleransi tes abnormal: - Puasa kurang 90. - Jam 1 kurang 165. - Jam 2 kurang 145. - Jam 3 kurang 125. f. Kehamilan dengan cacat jasmani. Pengaruh timbal balik diabetes melitus dan kehamilan. Konsep pengaruh tersebut adalah: a. Hiperglisemia darah ibu terutama trimester I yang dengan bebas dapat masuk ke darah janin. b. Kompensasi janin adalah meningkatkan pengeluaran insulin sehingga dapat mempergunakan situasi hiperglisemia. c. Situasi hiperglisemia darah janin dapat menimbulkan berbagai penyulit: - Gangguan pertumbuhan alat vital central nervus system - Kelainan kongenital. - Janin besar makrosemia. - Gangguan sistem pembuluh darah plasenta dan menimbulkan kematian janin dalam rahim. d. Pascapartus situasi hiperglisemia darah menghilang dan menimbulkan hipoglisemia darah janin Pengaruh kehamilan terhadap diabetes melitus a. Pengendalian diabetes melitus pada kehamilan karena: • Emesis-hiperemesis gravidarum. • Pemakaian glukosa bertambah: • Tumbuh kembang janin dalam rahim. • Hiperplasia dan hipertropi jaringan saat hamil memerlukan glukosa bertambah. • Metabolisme basal ibu meningkat. • Efek insulin dikurangi oleh perubahan hormon: • Estrogen-progesteron. • Plasental laktogen. • Insulinase plasenta merusak insulin ibu. • Terjadi konpensasi pengeluaran insulin janin dari pankreas dan adrenal. b. Situasi hiperglisemia memudahkan infeksi hamil atau kala nifas. Diabetes melitus terhadap kehamilan Pengaruh diabetes melitus terhadap kehamilan dapat dibagi sebagai berikut: 1. Dalam kehamilan a. Insufisiensi plasenta menyebabkan: • Abortus-prematuritas. • Kematian janin dalam rahim. • Kelainan kongenital meningkat b. Komplikasi kehamilan dengan D.M.: • Hidramnion. • Mekrosomia diikuti kelainan letak janin. • Pre-eklampsia dan eklampsia. 2. Pengaruh diabetes melitus terhadap persalinan • Inersia uteri primer dan sekunder • Persalinan operatif makrosomia 3. Pengaruhnya terhadap masa nifas • Mudah terjadi infeksi sampai sepsis. 4. Pengaruh diabetes melitus terhadap janin • Gangguan insufisiensi placenta: • Abortus sampai kematian janin dalam rahim. • Makrosomia dengan komplikasinya. • Dismaturitas dan meningkatnya kematian neonates kelainan kongenital. • Kelainan neorologis sampai IQ rendah. • Kematangan paru terhambat menimbulkan RDS, asfiksia, dan lahir mati. Pustaka Kapita selekta penatalaksanaan rutin obstetri, ginekologi, dan KB Oleh Ida Bagus Gde Manuaba

Larangan untuk memberikan ASI

Larangan untuk memberikan ASI Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus pemberian ASI tidak dibenarkan: 1. Faktor dari ibu. • Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya penyakit ibu. • Ibu dengan pre-eklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obat-obatan yang telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya. • Penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga kemungkinan menular pada bayinya. • Karsinoma payudara mungkin dapat menimbulkan metastasis. • Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi. • Ibu dengan infeksi virus. • Ibu dengan TBC atau lepra. 2. Faktor dari bayi. • Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI. • Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI. • Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya sulit sehingga bahaya aspirasi mengancam. • Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan (labiokisis, palatognatokisis, labiognatopalatokisis). • Bayi yang tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI. Pada kasus tersebut di atas untuk memberikan ASI sebaiknya dipertim-bangkan dengan dokter anak. 3. Keadaan patologis pada payudara. Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi ASI yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari. Sekalipun demikian masih ada keadaan patologis payudara yang memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikann ibu dan bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah: • Infeksi payudara • Terdapat abses yang memerlukan insisi • Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan menyusui • ASI yang bercampur dengan darah. Memperhatikan hal-hal yang disebutkan di atas sudah wajarlah bila payudara yang sangat vital dipelihara sebagaimana mestinya. Salah satu tugas utama wanita adalah memberikan ASI yang merupakan tugas alami yang hakiki.

Selaput Janin (Amnion Dan Korion)

Selaput Janin (Amnion Dan Korion) Pada minggu-minggu pertama perkembangan, vili meliputi seluruh lingkaran permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, viii pada kutub embrional membentuk struktur korion lebat seperti semak-semak (korion frondosum) sementara. Sementara itu, viii pada kutub embrional mengalami dcgenerasi, menjadi tipis dan halus disebut korion laeve. Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua, juga mencerminkan perbedaan kutub embrional dan abembrional, yaitu: 1. Desidua di atas korion frondosum menjadi desidua basalis. 2. Desidua yang meliputi embrioblas/kantong janin di atas korion laeve menjadi desidua kapsularis. 3. Desidua di sisi/bagian uterus yang abembrional menjadi desidua parietal is. Antara membran korion dan membran amnion terdapat rongga korion. Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat menyatunya membran amnion dan membran korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai membran korion-amnion (amniochorionic membranea). Kavum uteri juga terisi oleh konsepsi sehingga tertutup oleh menyatunya korion laeve dengan desidua parietalis. CAIRAN AMNION Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga amnion. Di dalam rongga ruangan ini terdapat cairan amnion (likuor amnii). Cairan amnion diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput amnion atau plasenta yang kemudian setelah sistem urinarius janin terbentuk, urine janin yang diproduksi juga dikeluarkan ke dalam rongga amnion. Fungsi cairan amnion: 1. Proteksi: melindungi janin terhadap trauma dari luar. 2. Mobilisasi: memungkinkan ruang gerak bagi janin. 3. Homeostasis: menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH) dalam rongga amnion untuk suasana lingkungan yang optimal bagi janin. 4. Mekanik: menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterin (terutama pada persalinan). 5. Pada persalinan, membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir. Keadaan normal cairan amnion: 1. Pada usia kehamilan cukup bulan, volume 1000-1500 cc. 2. Keadaan jernih agak keruh. 3. Steril 4. Bau khas, agak manis dan amis. 5. Terdiri atas 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel-sel epitel. 6. Sirkulasi sekitar 500 cc/jam. Kelainan jumlah cairan amnion: 1. Hidramnion (polihidramnion) Air ketuban berlebihan (>2000 cc). Dapat mengarah pada kecurigaan kelainan kongenital susunan saraf pusat atau sistem pencernaan, atau gangguan sirkulasi, atau hiperaktivitas sistem urinarius janin. 2. Oligohidramnion Air ketuban sedikit (<500 cc). Umumnya kental, keruh, berwarna kuning kehijauan. Prognosis janin buruk. Pustaka Seri Asuhan Kebidanan: Kehamilan Oleh Lily Yulaikhah, SSiT
Penanganan Preeklamsia ringan, sedang, berat, dan Eklamsia Posted on April 14, 2011 by admin TATA LAKSANA Preeklamsia ringan dan sedang a. Bisa rawat jalan dengan anjuran untuk banyak istirahat/ tirah baring. b. Diet rendah garam dan tinggi protein. c. Pemberian medikamentosa: sedativa (diazepam), anti hipertensi: alfa metil DOPA (R: dopamet, aldomet) dan anti agregasi platelet asam metil salisilat (R: aspirin, aspilets). Anti hipertensi dan anti agregasi platelet diberikan menurut indikasi. Pasien preeklamsia ringan yang dilakukan rawat inap, bila penyakit membaik dapat dilakukan rawat jalan; sedangkan jika penyakit menetap atau memburuk, kehamilan dapat diakhiri pada usia kehamilan 37 minggu. Preeklamsia Berat (PEB) Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) a. Tirah baring. b. Infus D5:RL = 3:1. c. Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia) d. Pasang kateter tetap (bila perlu). e. Medikamentosa: - Anti konvulsan MgSO4. - Anti hipertensi Nifedipine 10 mg sublingual, dilanjutkan dengan 10 mg q 8 jam. - Kortikosteroid (Oradexon i.m. 2 kali 10 mg) untuk kehamilan <36 minggu. - Antibiotikum, diuretikum dan kardiotonikum hanya diberikan atas indikasi. Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaan-keadaan di bawah ini: - Umur kehamilan >36 minggu. - Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau eklamsia - Gawat janin. - Sindroma HELLP. - Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam perawatan tidak terlihat tanda-tanda perbaikan penyakit. Eklamsia Secara prinsip kehamilan dengan eklamsia harus segera dilakukan terminasi (diakhiri), sedangkan perawatan/pengobatan yang dilakukan adalab untuk stabilisasi kondisi pasien dalam rangka terminasi kehamilan tersebut. - Tirah baring, diet preeklamsia atau per sonde (bila pasien dalam keadaan koma). - Infus D5:RL = 3:1. - Pasang kateter tetap. - Kepala direndahkan, isap lendir orofaring. - Pasang sudip lidah untuk mencegah lidah tergigit bila pasien kejang. - Medikamentosa. Bila pasien sadar dan keadaan membaik, kehamilan segera diakhiri, sebisa mungkin mengusahakan partus per vaginam dengan mempercepat kala II. Bila dalam 6 jam keadaan tidak membaik (klinis maupun laboratorik) dan pasien belum sadar, maka kehamilan harus segera diakhiri juga. Pustaka Obsteri & Ginekologi Oleh Dr. Chrisdiono M. Achadiat Sp. OG.

Pemeriksaan Ginekologi Pada Bayi Baru Lahir, Anak dan Remaja Muda

Pemeriksaan Ginekologi Pada Bayi Baru Lahir, Anak dan Remaja Muda PEMERIKSAAN GINEKOLOGI Bayi Baru Lahir Karena pemeriksaan dalam biasanya tidak diperlukan dan sulit dilakukan pada usia ini, pemeriksaan terbatas pada genitalia eksterna saja. Nilai penampakan keseluruhan, sambil mencari kelainan selain ambiquitas diferensiasi kelamin. Klitoris yang abnormal atau membesar mendukung adanya hiperplasia adrenal kongenital. Lakukan inspeksi patensi himen untuk menyingkirkan adanya himen imperforata atau agenesis vagina. Pada pemeriksaan rektum dapat teraba serviks, tetapi normalnya tidak ada organ rcproduksi lain yang akan teraba. Anak Hindari penggunaan alat penunjang kaki untuk pemeriksaan ginekologis (stirrup), karena genitalia dapat terlihat dengan baik bila anak pada posisi kaki katak (lutut fleksi, kaki abduksi penuh) di atas meja periksa atau pangkuan ibu. Mengusahakan kerjasama anak dalam pemeriksaan akan sangat membantu. Setelah pemeriksaan umum, termasuk inspeksi dan palpasi payudara, lakukan palpasi abdomen dengan lembut. Tumor ovarium pada kelompok usia ini biasanya muncul pada abdomen bagian bawah hingga tengah. Lakukan penilaian genitalia eksterna untuk bukti hygiene yang baik sekaligus menilai adanya lesi pada kulit, peradangan, tumor, ekskoriasi, atau sekret vagina. Labia minora sebaiknya disisihkan ke arah belakang. Pastikan adanya pembukaan pada vagina. Pemeriksaan rectal touche harus dilakukan dengan lembut. Jika perlu melihat sepertiga alas vagina (misal adanya, benda asing, perdarahan abnormal, skrining terhadap pajanan DES intrauterin, trauma rembus), dapat digunakan vaginoskop, sistoskop atau laparoskop. Mungkin pemeriksaan perlu dilakukan dengan anestesi. Pada anak yang lebih kecil, dapat digunakan alat berukuran 0,5 cm. Pada anak yang lebih besar, alat berukuran 0,8 cm biasanya dapat dimasukkan melalui orifisium himen. Remaja Muda Pada usia ini, anak perempuan dapat sangat peka terhadap perubahan – perubahan dalam tubuhnya. la sebaiknya aktif berperan dalam proses anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sebaiknya ia ditanya apakah ia ingin ibunya hadir bersamanya atau tidak, dan jika tidak, sebaiknya ada seorang asisten wanita. Penting untuk meyakinkan pasien bahwa mungkin ia akan merasa malu atau agak tidak nyaman, tetapi pemeriksaan tersebut tidak akan menimbulkan rasa sakit dan himennya tidak akan rusak. Rencanakan waktu yang cukup agar pemeriksaan tidak dilakukan terburu – buru dan setiap tindakan dapat diterangkan secara penuh. Periksa payudara dan jelaskan cara pemeriksaan payudara sendiri. Biasanya penunjang kaki dapat digunakan untuk kelompok usia ini. Setelah pemeriksaan genitalia eksterna, lakukan inspeksi serviks dan vagina dengan spekulum vagina Huffman Graves berbilah panjang. Jika pembukaan himen cukup besar, dapat dilakukan palpasi bimanual dengan satu jari dalam vagina. Jika tidak, uterus dan ovarium dapat dipalpasi melalui rektum. Setelah pemeriksaan selesai, bahas temuan yang didapat dengan pasien dan kemukakan setiap masalah yang ada. Rahasia dokter – pasien harus tetap dijaga. Jika ada masalah yang harus diketahui orang tua (misalnya kehamilan), nasihati pasien dan yakinkan dia bahwa keterbukaan tersebut diperlukan demi kebaikan dirinya. Pustaka Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Oleh Ralph C. Benson & Martin L. Pernoll, EGC.

Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan

Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan Jika seorang wanita mengidap penyakit bawaan atau penyakit tertentu yang cukup serius, harus waspada dan berhati-hati dalam menghadapi kehamilan. Dengan perawatan dan pengobatan yang teratur, umumnya kehamilan dapat berjalan dengan lancar. Walaupun demikian, risiko munculnya sesuatu yang tidak diinginkan dapat saja terjadi. Beberapa penyakit yang perlu mendapat perhatian khusus jika diidap oleh wanita hamil diuraikan berikut ini: a. Penyakit jantung pada kehamilan Kehamilan dan penyakit jantung akan saling mempengaruhi pada individu yang bersangkutan. Kehamilan akan memberatkan penyakit jantung. Sebaliknya, penyakit jantung akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembanganjanin dalam kandungan, lain halnya pada kehamilan dengan jantung yang normal. Tubuh dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan sistem jantung dan pembuluh darah. Jika seorang wanita hamil mengidap penyakit jantung akan terjadi perubahan-perubahan berikut: 1. Meningkatnya volume jantung, yang dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32 minggu, lain menetap. Kondisi ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan tubuh ibu dan janin yang dikandungnya. 2. Jantung dan diafragma (sekat rongga dada) terdorong ke atas karena pembesaran rahim. Dengan demikian. cukup jelas bahwa kehamilan dapat memperberat penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis) pun dapat terjadi. Keluhan-keluhan yang sering muncul adalah: • cepat merasa lelah, • jantung berdebar-debar • sesak napas, kadang-kadang disertai kebiruan di sekitar mulut (sionosis),serta • bengkak pada tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda. Untuk mengatasinya, lakukan perawatan yang ketat selama kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan. Persalinan hendaknya dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang memadai. b. Tekanan darah tinggi (hipertensi) pada kehamilan Seorang wanita dapat mengidap tekanan darah tinggi sebelum dirinya hamil atau muncul ketika hamil. Artinya, kehamilan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, seperti munculnya kelainan preeklampsia (keracunan kehamilan) yang dibarengi dengan edema (bengkak), dan keruhnya air seni karena mengandung protein yang cukup banyak. Penyebab utama tekanan darah tinggi saat hamil adalah tekanan darah tinggi esensial dan penyakit ginjal. - Tekanan darah tinggi esensial Tekanan darah tiggi esensial disebabkan faktor keturunan, lingkungan, dan emosi yang labil. Biasanya pada kehamilan lebih dari 30 minggu, sekitar 30% ibu hamil akan mengalami kenaikan tekanan darah, tetapi tanpa menunjukkan adanya gejala. Selain itu, sekitar 20% ibu hamil mengalami kenaikan tekanan darah, bisa disertai dengan keruhnya air seni (air seni mengandung protein) dan edema (bengkak). Kenaikan tekanan darah ini dapat disertai dengan keluhan sakit kepala, nyeri ulu hati (epigastrium), mual, muntah, dan gangguan penglihatan. - Tekanan darah tinggi karena penyakit ginjal Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini disebabkan oleh adanya peradangan-peradangan pada beberapa bagian ginjal yang akut atau kronis. Biasanya, peradangan ini akan disertai dengan meningkatnya suhu badan dan gangguan buang air kecil. Untuk mengatasinya, wanita hamil dianjurkan untuk istirahat yang cukup, dapat mengendalikan emosi, dan jangan bekerja terlalu berat. Konsumsilah makanan yang tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak, dan rendah garam. Selain itu, lakukan perawatan yang intensif selama kehamilan, persalinan atau setelah melahirkan. Lakukan pengobatan terhadap penyakit tekanan darah tingginya sesuai dengan anjuran dokter. c. Penyakit paru-paru pada kehamilan Umumnya, penyakit paru-paru tidak mempengaruhi kehamilan, persalinan, juga setelah persalinan, kecuali jika penyakit yang diderita tidak terkontrol, tambah berat, disertai dengan sesak napas. Selama kehamilan fungsi paru-paru sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Dalam hal ini akan terjadi proses pertukaran CO2 dan 02 antara ibu dan janinnya. Gangguan fungsi paru-paru yang cukup berat akan mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan janin. Penyakit paru-paru yang harus diperhatikan adalah TBC paru-paru pada fase aktif, asma yang berat, dan radang paru-paru. - TBC paru-paru TBC paru-paru sangat jarang diturunkan dari ibu kepada anaknya. Yang harus diperhatikan adalah jika bayi telah lahir, ibu yang mengidap TBC paru-paru yang aktif perlu diisolasi. Bayinya harus segera diberi vaksin BCG dan dipisahkan selama 6-8 minggu. Setelah hasil test mantoux positif (test kekebalan terhadap TBC), bayi boleh didekatkan kepada ibunya. Hal ini untuk menghindari tertularnya penyakit setelah melahirkan. Bayi yang baru dilahirkan sangat mudah tertular oleh penyakit. - Asma bronchial Asma bronchial merupakan penyakit keturunan. Selama kehamilan, penyakit ini bisa berkurang atau bertambah. Untuk menghindari bertambah parahnya penyakit. hindarilah kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan tekanan emosional tetap stabil. - Radang paru-paru (pneumonia) Radang paru-paru sering terjadi pada kasus-kasus berat seperti eklampsia, proses persalinan lama, dan sesudah operasi. Penyakit ini perlu diketahui dan diobati sedini mungkin karena kondisi penyakit yang berat dapat membahayakan jiwa ibu dan janinnya. Selain itu, penyakit inipun dapat menyulitkan proses persalinan. d. Beberapa penyakit darah pada kehamilan 1. Anemia Wanita hamil dikatakan mengidap penyakit anemia jika kadar hemoglobin (Hb) atau darah merahnya kurang dari 10 gram %. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobinnya kurang dari 6 gram % disebut anemia gravis. Jumlah normal hemoglobin wanita hamil adalah 12-15 gram % dan hemotokritnya adalah 35-54 %. Sebaiknya, pengawasan terhadap hemoglobin dan hematokrit dilakukan pada semester I dan trimester III Pada trimester I dan III pengenceran darah sudah mencapai puncaknya. Umumnya, penyebab anemia adalah kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam makanan yang dikonsumsi, penyerapan yang kurang baik (malabsorpsi), kehilangan darah yang banyak (pada haid-haid sebelumnya), serta penyakit-penyakit kronik (seperti TBC paru-paru, cacing usus, dan malaria). Jika seorang wanita hamil mengidap anemia, kemungkinan terjadinya keguguran (abortus), lahir prematur, proses persalinan yang lama, dan lemasnya kondisi sang ibu dapat terjedi. Setelah lahir, penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan dan shock akibat dari melemahnya kontraksi rahim. Jika wanita hamil mengidap anemia. pengaruhnya dapat terjadi di awal kehamilan, yaitu terhadap hasil pembuahan (janin, plasenta, darah). Hasil pembuahan membutuhkan zat besi yang jumlahnya cukup banyak untuk membentuk butir-butir darah merah dan pertumbuhan embrio. Pada bulan ke 5—6, janin membutuhkan zat besi yang semakin besar. Jika kandungan zat besi (hemoglobin) ibu kurang maka terjadinya abortus, kematian janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir prematur, serta terjadi cacat bawaan tidak dapat dihindari. Berikut ini diuraikan beberapa tipe penyakit anemia yang sering diderita selama kehamilan: - Anemia defisiensi besi, disebabkan oleh kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. - Anemia megaloblastik, disebabkan oleh kurangnya asupan asam folik. Anemia ini muncul akibat dari malnutrisi dan infeksi yang menahun (kronik). Anemia hipoplasti, disebabkan oleh menurunnya fungsi sumsum tulang dalam membentuk sel darah merah baru. - Anemia hemolitik, disebabkan proses pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembentukkannya. Beberapa gejala yang timbul akibat penyakit anemia adalah adanya kelainan-kelainan bentuk sel darah merah, lelah, lemah, serta gejala kelainan pada organ-organ vital. Untuk mengatasinya, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan protein, juga sayuran berwarna hijau yang mengandung mineral dan vitamin. 2. Hipo dan afibrinogenemia Hipo dan afibrinogenemio adalah kelainan pembekuan darah karena kekurangan zat fibrinogen (zat pembeku). Penyakit ini disebabkan oleh solusio plasenta (ari-ari yang lepas sebagian sebelum waktunya), kematian janin dalam rahim, masuknya air ketuban (yang mengandung gumpalan lemak) ke dalam pembuluh darah, perdarahan yang cukup banyak, missed abortion (kematian hasil pembuahan yang berkepanjangan), eklampsia (kejang pada kehamilan), dan abortus yang terinfeksi. Jika fibrinogen (zat pembekuan darah) dalam darah berkurang cukup banyak maka perdarahan akan sulit untuk dihentikan. Kondisi ini dapat mengakibatkan kematian. Penanganan penyakit ini tergantung pada keadaan penderita dan faktor penyebabnya. Jika perlu, dokter akan mengangkat rahim untuk menyelamatkan jiwanya. 3. Iso-imunisasi Iso-imunisasi adalah proses pembentukkan zat-zat penangkal (aglutinin/antibodi) antigen yang berasal dari orang lain. Entrosit ibu yang mengandung antigen masuk ke dalam tubuh janin yang tidak memiliki antigen. Akibatnya, akan terbentuk benda-benda penangkis (antibodi) dalam tubuh janin terhadap antigen. Apabila antibodi bertemu dengan antigen maka eritrosit yang mengandung antigen akan diserang sehingga terjadi aglutinasi (penggumpalan darah) dan hemolisis (pemecahan darah). Penyakit hemolitik pada janin yang disebabkan oleh iso-imunisasi disebut eritroblastosis fetalis. Biasanya, anak pertama lahir dalam keadaan sehat. Anak-anak berikutnya akan mengalami iso-imunisasi yang menyebabkan bayi lahir mati atau lahir hidup, lalu meninggal pada hari-hari pertama setelah kelahirannya. Penyebabnya adalah antagonisme rhesus/ ABO dan defisiensi enzim (G6PD). Untuk menanganinya harus disesuaikan dengan keadaan bayi. Biasanya, dilakukan transfusi darah, atau transfusi tukar darah. Selanjutnya dilakukan pencegahan dengan cara memberikan pengobatan suntikan antiRhoGam pada ibu 72 jam setelah persalinan untuk menangkal sel darah bayi yang masuk ke ibu. e. Penyakit saluran pencernaan pada kehamilan Umumnya, keluhan saluran pencernaan merupakan gejala awal hamil muda. Keluhan saluran pencernaan selama kehamilan diuraikan berikut ini: 1. Mulut - Hipersalivasi (ptialismus) Air liur keluar lebih banyak dari biasanya, sering disertai dengan mual dan muntah. Gejala ini akan hilang setelah trimester I. - Gingivitis dan epulis Gusi menjadi lunak, bengkak, kemerahan, dan mudah berdarah sewaktu menggosok gigi. Peradangan molar bisa terjadi jika kebersihan rongga molar tidak dijaga. Gunakan obat kumur jika diperlukan. - Caries gigi Caries gigi adalah gigi yang berlubang dan rusak. Gigi yang rusak dapat memperburuk nafsu makan sehingga konsumsi kalsium menjadi kurang. Sebaiknya, gigi yang rusak segera dikonsultasikan ke dokter gigi untuk mencegah terjadinya infeksi. 2. Perosis (heartburn) Perosis adalah keluhan sakit dan pedih di ulu hati atau nyeri dada yang disebabkan oleh terjadinya regurgitasi isi lambung yang asam ke bagian bawah saluran pencernaan. Dengan bertambah usia kehamilan. keluhan ini akan hilang sedikit demi sedikit. Cara mengatasinya, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dengan porsi kecil dan lebih sering. Kalau perlu minum obat antasida (penetal zat asam) dan tidurlah dengan Posisi setengah duduk. 3. Gastritis (peradangan lambung) Keluhan hamil muda sering disangka gastritis karena gejalanya hampir sama, yaitu nyeri ulu hati, mual, muntah, tidak mampu makan, dan menjadi kurus. f. Penyakit hati pada kehamilan Penyakit hati disebabkan oleh virus hepatitis A atau B. Virus ini akan mengakibatkan terjadinya penyakit hepatitis infeksiosa. Pada wanita hamil, penyakit ini biasanya bertambah parah karena terjadinya kerusakan sel-sel hati yang meluas sehingga akan menyebabkan rasa sakit yang sangat hebat dan meningkatkan angka kematian ibu dan janinnya. Gejala dari penyakit ini adalah berkurang nafsu makan, demam, mual, muntah, nyeri ulu hati, kuning, dan pembesaran hati. Untuk mengatasinya, penderita dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. g. Penyakit infeksi pada kehamilan Kehamilan sering terjadi bersamaan dengan infeksi. Infeksi ini dapat mempengaruhi kehamilan. Sebaliknya, kehamilan dapat memperberat infeksi. Berikut ini diuraikan tentang jenis-jenis infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital (cacat bawaan). 1. Infeksi virus Pengaruh infeksi virus terhadap kehamilan tergantung pada kemampuan virus untuk melewati placenta. Ada tiga jenis vims yang menyebabkan kecacatan pada bayi, yaitu Rubella, Sitomegaiouirus, dan Herpes virus hominis. - Rubella Serangan virus ini akan mengakibatkan kelainan bawaan pada janin. Jika virus ini menyerang pada trimester I, kecacatan janin akan terjadi sebesar 30%- 50%. Jika virus ini, menyerang pada trimester II, kecacatan janin akan terjadi sebesar 6,8%. Jika virus ini menyerang pada trimester III, kecacatan janin akan terjadi sebesar 5.3%. Umumnya, organ tubuh janin yang mengalami kecacatan adalah mata, jantung, telinga, dan susunan saraf pusat. - Sitomegalovirus Serangan virus ini akan menyebabkan cacat janin pada bagian kepala, mata, kaki, dan kelainan darah. - Herpes virus hominus Serangan virus ini akan menyebabkan kematian janin dalam rahim. Jika bayinya lahir akan ditemukan gelombang-gelombang pada kulit badan atau mata dan selaput lendir mulut. 2. Infeksi oleh penyakit kelamin - Syphilis Gejala awal yang muncul adalah terjadinya luka pada alat kelamin. Kondisi sering tidak sadari oleh wanita. Gejala selanjutnya akan timbul tonjolan kulit yang lebar dengan permukaan licin, basah, berwarna putih atau kelabu, dan sangat infeksius karena mengandung kuman syphilis yang jumlahnya banyak. - Gonorrhoea (GO) Penyakit ini dapat menimbulkan peradangan pada alat kelamin bagian dalam. Keluhannya berupa keputihan yang jumlahnya banyak dan sulit/merasa sakit saat buang air kecil. - Trichomoniasis vaginalis Keluhan yang muncul adalah keputihan yang disertai rasa gatal pada alat kelamin. Biasanya, diikuti dengan perlukaan di daerah mulut rahim dan peradangan kronis pada leher rahim. - Candidiasis Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang dapat hidup dalam rongga mulut, usus, paru-paru, serta alat kelamin luar dan dalam. Keluhannya berupa rasa gatal pada daerah kelamin luar dan dalam, disertai atau tanpa keputihan. Kadang-kadang, terasa panas dan nyeri sesudah buang air kecil atau rasa nyeri waktu bersetubuh. - Condylomata acuminata Condylomata acuminata adalah jenis tumbuhan yang tumbuh pada kulit dan selaput lendir alat kelamin menyerupai jengger ayam jago. Tumbuhan ini berbentuk tonjolan-tonjolan kecil. Kadang-kadang, berkumpul menjadi besar dengan permukaan yang kasar dan berwarna gelap. - Herpes genitalia Herpes genitalia disebabkon oleh herpes symplex tipe-2 (HSV-2). Gejalanya timbul sekitar 6-8 hari setelah terinfeksi dalam bentuk luka pada alat kelamin. Awalnya, luka tersebut berupa bintik merah yang terasa pedih, bergerombol menjadi lepuh-lepuh kecil berisi cairan yang di dalamnya mengandung virus. Jika lepuhan menjadi nanah dan pecah akan menjadi luka dangkal yang nyeri. Pada tahap ini, herpes dapat ditularkan karena luka ini berisi berjuta-juta partikel virus. Umumnya, HSV-2 mengakiibatkan gejala sakit kepala, nyeri otot, demam, pembengkakkan pada kelenjar getah bening, nyeri membakar saat buang air kecil, dan keluarnya cairan dari alat kelamin. - HIV dan AIDS Penularan HIV (Human Immun Deficiency Virus) bisa terjadi akibat hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi HIV, tercemar oleh darahnya, transfusi darah yang mengandung HIV atau memakai jarum suntik bekas orang yang terinfeksi HIV. Adanya HIV dalam tubuh akan menyebabkan berkurangnya kekebalan tubuh atau hilang sama sekali sehingga akan mempermudah penyakit-penyakit lain menyerang tubuh yang lemah. Kumpulan dari gejala-gejala penyakit itulah yang disebut dengan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Selama kehamilan, persalinan maupun menyusui, HIV dapat ditularkan oleh ibu terhadap bayinya. Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia melalui aliran darah dan menyerang sistem kekebalan tubuh. Serangan pertama setelah terinfeksi HIV adalah timbulnya gejala-gejala mirip flu, seperti lemas, demam, sakit kepala, nyeri otot, napas makin memburuk, mual, kelenjar membengkak, dan timbulnya bercak di kulit. Gejala ini akan hilang dalam beberapa minggu. Umumnya, orang yang tertular HIV akan bebas gejala selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sehingga gejala ini dianggap flu biasa. Beberapa bulan berikutnya gejala yang muncul akan bertambah dan tidak hilang, seperti munculnya keringat di malam hari. demam dan diare yang berkepanjangan, dan terjadinya penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya. Jika hal ini terus berlangsung kesadaran penderita akan menurun dan kematian pun tidak bisa dihindari. Orang yang tertular HIV, tetapi tidak menunjukkan adanya gejala disebut carier HIV (pembawa penyakit). 3. Infeksi bakteri - Typhus abdominalis Penyakit ini akan memperburuk keadaan ibu saat hamil maupun setelah melahirkan. Infeksi ini akan menyebabkan angka kematian janin sebesar 75%. Penanganan kasus ini dapat dilakukan oleh ahli penyakit dalam, misalnya dilakukan pencegahan dengan memberikan vaksinasi terhadap ibu hamil. Selain itu, setelah melahirkan ibu tidak dianjurkan menyusui bayinya jika sedang terinfeksi bakteri. - Kolera Gejala utamanya adalah muntah, mencret, demam, serta kekurangan cairan dan elektrolit. Penyakit ini dapat menyebabkan abortus atau lahir prematur. Untuk mengatasinya, jika ibu mengalami diare dan muntah harus dirawat dan diobati secara intensif melalui pemberian cairan pengganti. • Infeksi ginjal dan saluran kemih pada kehamilan Ginjal dan saluran kemih dapat terinfeksi bersamaan secara akut maupun kronis. Pada infeksi ginjal dan saluran kemih yang akut terjadi gejala-gejala sebagai berikut: • Panas badan yang tinggi disertai menggigil. • Nyeri pinggang yang terkena infeksi atau di bagian atas symphysis • Nyeri saat buang air kecil dan produksi air seni berkurang. • Nyeri kepala, mual sampai muntah, dan nafsu makan berkurang. Infeksi ini mudah terjadi pada wanita karena posisi saluran kemih dan anus (sebagai sumber infeksi) berdekatan. Saat hamil, air seni yang keluar sering tersisa sehingga terjadinya infeksi kandung kemih mudah terjadi. Rahim yang membesar terdorong ke kanan dan menekan saluran kemih bagian kanan. Akibatnya, terjadi timbunan air seni yang mempermudah terjadinya inteksi ginjal, disertai gejala panas yang tinggi. Gejala ini akan mengakibatkan kontraksi otot rahim. Kontraksi otot rahim dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir prematur, dan memudahkan infeksi pada bayi. Selain itu selama kehamilan daya tahan tubuh ibu akan menurun sehingga akan memperberat penyakit ini. 4. Infeksi protozoa • Malaria Gejala penyakit ini berupa panas yang tinggi, disertai menggigil. Penyakit sangat mempengaruhi kehamilan karena dapat menyebabkan hal-hal berikut: • Pecahnya butir sel darah merah yang dapat mengakibatkan terjadinya anemia dan mengganggu proses penyaluran dan pertukaran nutrisi ke arah janin. Akibatnya, pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat • Infeksi plasenta, yang dapat menghalangi pertukaran dan penyaluran nutrisi ke janin. • Panas badan tinggi, yang dapat merangsang terjadi kontraksi otot rahim. Jika penyakit malaria tidak ditangani secara intensif dapat mengakibatkan terjadinya abortus, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat badan lebih rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilannya, serta kematian janin. Untuk mengatasinya, penyakit harus diobati dengan segera agar prognosa (nilai kesembuhannya) lebih baik bagi ibu dan janinnya. Pencegahan malaria pada bayi harus dilakukan karena kekebalannya hanya berlangsung selama 3 bulan. Setelah itu, bayi perlu diberi obat antimalana dalam bentuk sirup selama 6 bulan. Pustaka Panduan Menjalani Kehamilan Sehat Oleh Mellyna Hulliana

Penyebab Kematian Janin

Kematian Janin Angka lahir matt untuk berat badan lahir 500 g atau lebih telah jauh menurun selama dekade terakhir. Bersama dengan penurunan angka lahir mati, pola kausa lahir mati juga berubah bermakna. Dengan kemajuan dalam bidang obstetrik, genetika klinik, ilmu kedokteran feto-maternal dan neonatus, dan patologi perinatal, semakin banyak kasus lahir mati yang sernula dikategorikan sebagai “tidak diketahui sebabnya” sekarang dikaitkan dengan kausa tertentu. Informasi semacam ini dapat meningkatkan penatalaksanaan kehamilan berikutnya. Kausa kematian janin vang umum adalah infeksi, malformasi, hambatan pertumbuhan janin, dan solusio plasenta. Akan tetapi, lebih dan seperempat kematian janin tidak dapat dijelaskan sebabnya. PENYEBAB KEMATIAN JANIN Diakui bahwa otopsi yang dilakukan oleh ahli patologi dengan keahlian dalam penyakit janin dan plasenta, dibantu oleh suatu tim yang mencakup ilmu kedokteran fetomaternal, genetika, dan spesialis anak, sering dapat menentukan penyebab lahir mati. Penyebab kematian janin secara utnum dikategorisasikan sebagai kausa janin, plasenta, atau ibu. Kausa Janin Antara 25 dan 40 persen kasus lahir mati memiliki kausa janin dan mencakup anomali kongenital, infeksi, malnutrisi, hidrops nonimun, dan isoimunisasi anti-D. Insidensi malformasi kongenital mayor yang dilaporkan pada bayi lahir mati sangat bervariasi, dan bergantung pada apakah dilakukan otopsi. Sekitar sepertiga kematian janin disebabkan oleh anomali struktural, dan yang tersering karena cacat neural-tube, hidrops, hidrosefalus terisolasi dan penyakit jantung kongenital kompleks. Anomali struktural dan aneuploidi ini dapat didiagnosis secara antenatal. Insidensi lahir mati akibat infeksi pada janin tampaknya sangat konsisten. Enam persen kasus bayi lahir mati disebabkan oleh infeksi. Sebagian besar didiagnosis sebagai “korioamnionitis”, dan sebagian sebagai “sepsis janin atau intrauterus.” Sifilis kongenital merupakan kausa kematian janin yang lebih sering pada wanita dan golongan sosial ekonomi lemah. Infeksi lain yang berpotensi menyebabkan kematian adalah infeksi sitomegalovirus, parvovirus B19, rubela, varisela, dan listeriosis. Kausa Plasenta Sekitar 15 sampai 25 persen kematian janin disebabkan oleh masalah di plasenta, membran, atau tali pusat. Solusio plasenta (lihat Bab 25) adalah kausa tunggal kematian janin yang dapat diidentifikasi. Infeksi plasenta dan membran yang secara klinis bermakna jarang terjadi tanpa infeksi yang signifikan pada janin. Pengecualiannya adalah tuberkulosis dan malaria. Pemeriksaan plasenta dan membran secara mikroskopik dapat membantu kita untuk mengidentifikasi kausa infeksi. Korioamnionitis ditandai oleh infiltrasi korion oleh leukosit polimorfonukleus dan mononukleus. Akan tetapi, temuan ini tidak bersifat spesifik. Infark plasenta memperlihatkan degenerasi trofoblastik fibrinoid, kalsifikasi, dan infark iskemik akibat oklusi arteri spiralis. Jika terjadi hipertensi berat, dua pertiga plasenta memperlihatkan infark semacam itu. Perdarahan janin-ibu dapat sedemikian parah sehingga menyebabkan kematian janin. Perdarahan janin-ibu yang mengancam nyawa berkaitan dengan trauma berat pada ibu. Transfusi kembar-kekembar merupakan kausa plasental kematian janin yang sering terjadi pada kehamilan multijanin monokorion. Kausa Ibu Hal yang mungkin agak mengejutkan adalah bahwa penyakit ibu tidak banyak berperan dalam kasus janin lahir mati. Gangguan hipertensif dan diabetes adalah dua penyakit ibu yang paling sering disebut berkaitan dengan janin lahir mati (5 sampai 8 persen dad kasus lahir mati). Antikoagulan lupus dan antibodi antikardiolipin dilaporkan berkaitan dengan vaskulopati desidua, infark plasenta, hambatan perrumbuhan janin, abortus rekuren, dan kernatian janin. Baru-baru ini, dilaporkan adanya keterkaitan antara trombofilia herediter dan solusio plasenta, hambatan pertumbuhan janin, dan lahir mati. Kelahiran Mati yang Tidak Dapat Dijelaskan Dengan penelitian saksama terhadap perjalanan klinis, pemeriksaan cermat terhadap bayi lahir mati yang masih Baru, dan pemeriksaan laboratorium yang sesuai, termasuk otopsi, masih terdapat sekitar 10 persen kematian janin yang belum dapat dijelaskan sebabnya. Kesulitan dalam menilai kausa kematian janin semakin besar pada bayi prematur. Pustaka Obstetri Williams

PENENTUAN TAKSIRAN PARTUS (TP)

PENENTUAN TAKSIRAN PARTUS (TP) Definisi Taksiran partus (TP) biasanya 280 hari, atau 40 minggu setelah hari pertama haid terakhir (HPHT) normal. Taksiran ini mungkin dihitung selama 266 hari, atau 38 minggu dari ovulasi terakhir pada siklus normal 28 hari. TP dapat ditentukan secara matematis dengan menggunakan aturan Nagele: Bulan HPHT dikurang 3, lalu tanggal HPHT ditambah 7. Gambaran Klinis A. Riwayat 1. Riwayat menstruasi a. Lama siklus b. Ketcraturan siklus c. Riwayat menstruasi terkini dipengaruhi oleh: (1) Kehamilan sebelumnya, siklus belum pulih kembali (2) Menyusui (3) Pil KB, DMPA (4) Penyakit, trauma (5) Malnutrisi, gangguan makan 2. Hari pertama haid terakhir (HPHT) a. Apakah HPHT merupakan siklus normal? Bila tidak, apakah menstruasi sebelumnya normal? b. Apakah tanggal pasti HPHT diketahui, atau hanya gambaran waktu secara umum yang diketahui? 3. Riwayat kontrasepsi a. Metode kontrasepsi yang pernah pasien gunakan b. Apakah metode ini telah digunakan dengan tepat dan konsisten? 4. Riwayat seksual a. Apakah ada riwayat hubungan seksual teratur sebelumnya? b. Apakah terdapat insidens hubungan seksual tertentu yang menunjukkan kemungkinan tanggal konsepsi? c. Apakah pasien memiliki dugaan kapan konsepsi mungkin terjadi? 5. Riwayat fertilitas a. Apakah kehamilan ini direncanakan? b. Bila ya, berapa lama ibu berusaha mewujudkannya? c. Bagaimana riwayat kehamilan sebelumnya? 6. Gejala kehamilan a. Mual/muntah b. Perubahan payudara, berupa nyeri tekan c. Sering berkemih d. Keletihan e. Pertambahan berat badan tanpa sebab yang jelas f. Pergerakan janin B. Tanda-tanda fisik 1. Palpasi bimanual ukuran, bentuk, dan konsistensi uterus pada trimester pertama 2. DJJ yang tercatat pertama diperkirakan saat 10-12 minggu kehamilan dengan menggunakan Doptone janin dan 18-20 minggu dengan menggunakan fetoskop 3. Pengukuran dan kecenderungan pertumbuhan uterus Pemeriksaan tambahan dan laboratorium A. Apakah uji kehamilan telah dilakukan? Bila ya: 1. Kapan uji pertama kali positif? 2. Bila hasil pernah negatif, kapan terakhir kali uji negatif? 3. Apakah sudah dilakukan uji terhadap urine atau darah? B. Minta untuk dilakukan sonogram bila tanggal tidak jelas diketahui dengan evaluasi di atas. C. Indikasi untuk mengubah TP menstruasi menjadi TP USG: 1. Ketidakpastian HPHT normal, atau pernah mengalami HPHT abnormal 2. Ukuran uterus sesuai dengan USG 3. TP USG berbeda dengan TP yang ditentukan oleh HPHT, yaitu selisih 7 hari saat trimester I dan selisih 10 hari saat 28 minggu kehamilan. Pustaka Obstetri dan ginekologi Panduan praktis Oleh Geri Morgan & Carole Hamilton

Nutrisi dan Stimulasi yang Cukup, Optimalkan Tumbuh Kembang Anak

Tahukah Anda bahwa sejak dilahirkan hingga usia 3 tahun, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan paling pesat? Masa emas pertumbuhan otak berlangsung sangat cepat hingga usia 3 tahun. Masa ini tak dapat terulang sehingga masa ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kecerdasan balita. Setelah itu, proses akan melambat yakni pada usia sekolah dan usia remaja. Sebenarnya, perkembangan otak sudah dimulai sejak kehamilan dua minggu. Pada minggu kelima, otak besar sudah mulai terbentuk dan pada minggu ke-25, girus atau lekukan otak terbentuk. Jumlah sel saraf bertambah dan terus bertambah selama masa kehamilan. Setelah dilahirkan, sel saraf berhenti bertambah. Proses yang berkembang setelah lahir selanjutnya adalah pembentukan hubungan antarsel saraf (sinaps). Selain itu, terbentuk juga pembungkus sel saraf yang disebut sebagai mielin. Perkembangan sinaps amat ditentukan oleh dua hal yakni nutrisi dan stimulasi. Sedangkan mielin lebih bergantung pada nutrisi saja. Masa emas pertumbuhan otak berlangsung sangat cepat hingga usia 3 tahun. Masa ini tak dapat terulang sehingga masa ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kecerdasan balita. Setelah itu, proses akan melambat yakni pada usia sekolah dan usia remaja. Cukupi Kebutuhan Nutrisi Agar proses tumbuh kembang otak berjalan baik, bayi banyak membutuhkan protein, karbohidrat, dan lemak. Hal ini harus dicukupi semenjak bayi masih dalam kandungan. Selain itu, bayi juga membutuhkan vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat besi, seng, AA, DHA, dan asam-asam amino penting seperti triptofan dan tirosin. ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh bayi. Laktosa dalam ASI berperan dalam pembentukan galaktolipid yang penting dalam perkembangan otak. Asam arakidonat (AA) dan DHA (docosahexanoid) terkandung lengkap dalam ASI. DHA penting untuk ketajaman penglihatan dan tingkat kecerdasan bayi. Kolostrum dalam ASI penting untuk proses pembentukan mielin. Sedangkan kolin dan sfingomielin penting dalam metabolisme sel saraf. Triptofan dan tirosin (suatu asam amino esensial) bersama dengan zat besi, dibutuhkan untuk bahan baku pembuat neurotransmiter – suat zat yang dibutuhkan dalam proses penghantaran sinyal sel saraf. Vitamin B6 dibutuhkan untuk enzim otak. Saat masa penyapihan, kebutuhan akan zat-zat ini tetaplah harus dicukupi hingga usia 3 tahun mengingat peranannya dalam proses perkembangan otak. Makanan rumah yang bergizi sejatinya sudah mencukupi semua kebutuhan tersebut namun ada kalanya, perlu penambahan susu formula untuk membantu melengkapi. Stimulasi Dini Sangat Penting Stimulasi sebaiknya dimulai sejak dini sejak masa kehamilan 6 minggu hingga usia 3 tahun. Ajaklah janin dalam kandungan Anda bicara, bernyanyi, mengaji, membacakan doa, sambil mengelus-elus perut Anda. Stimulasi harus tetap dilanjutkan meskipun bayi sudah lahir. Lakukan dengan penuh kasih sayang dan gembira secara terus menerus. Teratur setiap hari. Anda dapat melakukannya setiap kali berinteraksi dengannya misal saat memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi, mengajak jalan-jalan atau menggendongnya. Stimulasi disesuaikan dengan usia anak dan sebaiknya dilakukan setiap hari. Prinsipnya, stimulasi ditujukan merangsang semua sistem indera dan dapat merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan, dan jari-jari buah hati Anda. Untuk usia 0 – 3 bulan, lakukan dengan memberi kenyamanan pada bayi, misal memeluknya, menggendongnya, menatap matanya, mengajak tersenyum, bicara, membunyikan sumber suara atau musik, menggerakkan benda berwarna menyolok, menggulingkan bayi ke kanan dan kiri, menengkurapkan bayi dan juga rangsanglah ia untuk meraih dan memegang mainan. Ketika bayi Anda berusia 3 – 6 bulan, ajaklah bermain cilukba. Ajak juga ia melihat wajahnya, wajah ibunya atau pengasuhnya melalui cermin. Di masa ini, lebih giat untuk merangsangnya tengkurap, telentang, bolak-balik, dan duduk. Umur 6 hingga 9 bulan, panggilah ia dengan namanya secara berulang. Ajak ia bersalaman, tepuk tangan, seraya membacakan dongeng untuknya. Tetap rangsang ia untuk duduk sambil perlahan Anda melatihnya berdiri berpegangan. Untuk usia 9 hingga 12 bulan, ajari ia menyebutkan mama-papa secara berulang. Ajak ia memasukkan mainan ke dalam keranjang atau menggelindingkan bola karena ia mulai mengerti satu dua perintah sederhana. Mulailah mengajarinya minum dari gelas. Kini ia sudah siap belajar berjalan. Ajari ia berdiri dan berjalan sambil berpengangan. Umur 12 – 18 bulan, ajak ia berjalan sambil dituntun mengelilingi rumah. Sekarang ia sudah bisa diajari mencoret-coret dengan menggunakan pinsil warna. Ajari ia menyusun balok, kubus, ataupun puzzle. Ajari ia memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya. Ia mungkin sudah bisa berjalan tanpa berpegangan, ajari ia terus, ditambah latihan berjalan mundur, menendang bola, menaiki tangga. Beri ia perintah-perintah sederhana, minta ia menyebutkan namanya atau menunjukkan benda-benda. Umur 18 hingga 24 bulan, ajak ia menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan anggota tubuhnya. Misalnya mana kepala?hidung?mata?dan sebagainya. Ajari ia dengan gambar, nama-nama binatang dan benda-benda lainnya. Ajak ia berbicara tentang aktivitas harian seperti makan, mandi, minum, dan tidur. Latihlah ia menggambar garis-garis, memakai dan melepaskan baju serta celananya. Ia juga akan senang sekali diajak melompat-lompat. Usia 2 – 3 tahun, ia sudah hampir bisa melakukan semuanya. Kenalkan ia dengan warna. Ajari ia menggunakan kata-kata sifat seperti sedih-gembira, panas-dingin, besar-kecil. Minta ia menyebutkan nama teman-temannya. Ajari ia berhitung sederhana, menyikat gigi. Sekarang ia mampu Anda ajari berdiri dengan satu kaki. Jangan lupa, mulailah mengajarinya menggunakan kamar mandi (toilet). Usia 3 – 4 tahun, bayi Anda sudah bisa berjalan sendiri mengunjungi tetangga. Ia kini mampu bicara dengan baik, menyebut namanya. Ajari ia terus tanpa bosan. Sekarang sudah saatnya Anda mengenalkannya aktivitas untuk kesiapan bersekolah misal cara memegang pinsil yang benar, menulis, mengenal huruf dan angka, buang air besar/kecil di toilet dan juga ajari ia kemandirian. Dhio, usia 3 tahun, ingin jadi dokter :) Dengan semua stimulasi ini, diharapkan akan merangsang pembentukan hubungan antarsel saraf (sinaps) dan melipatgandakan jumlah sinaps tersebut sehingga kelak akan terbentuk jaringan otak yang kompleks dan canggih. Pada akhirnya, kecerdasan anak akan semakin terasah dan bervariasi. Hal inilah yang dikenal dengan kecerdasan multipel (multiple intelligence). Bukankah itu yang kita inginkan? Dhio di Monas Referensi: 1. Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S. Editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1991. 2. Sastroasmoro S. Membina tumbuh kembang bayi dan balita. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2007 3. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Editor. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta: CV Sagung Seto. 2000.

20 Hal Penting Perawatan Bayi Baru Lahir

20 Hal Penting Perawatan Bayi Baru Lahir Ditulis tanggal 30. Nov, 2009 oleh dr. M. Adi Firmansyah dalam Kesehatan Anak Syukur, mungkin kata itu memang pantas diucapkan atas kelahiran si anggota baru keluarga. Perjuangan yang sarat penat ketika sembilan bulan mengandung dan perjuangan antara hidup dan mati ketika melahirkan seolah terhapus begitu saja saat mendengar tangisan pertamanya di dunia ini. Bila ini adalah pengalaman pertama tentunya akan menjadi suatu pengalaman yang tak terlupakan dan tak bisa dipungkiri, perasaan menjadi wanita seutuhnya telah membuncah di dada. Namun, tak jarang yang juga merasakan kepanikan usai persalinan. Panik karena tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Oleh karena itu, persiapan yang baik harus dilakukan. Salah satunya, dengan memahami hal-hal apa saja yang perlu diketahui dan dilakukan untuk si buah hati Anda. Tulisan berikut akan mengajak Anda menelusuri 20 (dua puluh) hal penting yang perlu Anda ketahui tentang perawatan bayi baru lahir. Hal-hal ini sengaja dirangkum dari kondisi tersering yang sering dialami dalam enam bulan pertama perawatan bayi. Semoga kepanikan akibat perasaan ketidakmampuan akan tergantikan dengan semangat yang menggebu-gebu untuk memberikan yang terbaik bagi si kecil. Selamat menyimak. 1. ASI (Air Susu Ibu) yang tidak keluar pada hari pertama dianggap masih normal. Benar. Pada dua tiga hari pertama, produksi ASI masih sangat sedikit. Hal ini sesuai dengan keadaan si bayi, dimana masih banyak terdapat cairan dalam tubuh bayi sehingga bayi tidak banyak membutuhkan ASI atau PASI dalam dua tiga hari pertama. Anda tidak perlu memberikan si kecil susu formula lantaran kuatir si kecil akan kehausan karena tidak mendapatkan ASI. 2. ASI sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Dewasa ini, para dokter ahli kebidanan menganjurkan agar bayi yang baru lahir segera disusui. Hal ini bernilai positif karena kondisi ini adalah kontak kulit pertama bayi dengan ibunda tercinta. Sebuah kegiatan yang menciptakan ikatan batin yang tak ternilai. Bayi baru lahir bayi sudah dapat menangis dan bernapas dengan baik serta tubuhnya sudah dibersihkan dari darah dan lendir) diletakkan di dada ibu. Ajaibnya, meski bayi belum dapat melihat dengan sempurna, ia akan akan merangkak mencari puting ibunya dan akan mulai menyusu. Susui sedari awal bayi Anda dalam 30 menit setelah lahir. Kegiatan pengenalan awal dalam menyusui ini dikenal dengan istilah breast crawl atau dikenal juga dengan Inisiasi Menyusui Dini. Pemberian ASI dini ini akan merangsang keluarnya ASI selanjutnya. 3. ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi. ASI memang terbukti paling unggul dan merupakan makanan terbaik bagi bayi. Apa pasal? ASI adalah anugerah terindah dari Tuhan untuk bayi. Anda akan tercengang karena begitu banyak kandungan gizi di dalam ASI. Apa saja yang manfaat ASI? Pertama, ASI mengandung semua kebutuhan gizi yang diperlukan bayi. Kedua, ASI mengandung zat gizi yang mudah dicerna bayi. Ketiga, produksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi. Kemudian, yang keempat, ASI mengandung berbagai zat anti sehingga bayi tidak mudah terkena infeksi. Manfaat kelima adalah ASI tidak mengandung kuman. Keenam, ASI selalu segar dan tidak pernah basi serta bisa diberikan kapan saja dan dimana saja. Ketujuh, ASI dapat mencegah alergi. Dan kedelapan, yang merupakan bagian terpenting, ASI akan mempererat hubungan batin antara Anda dan dirinya. Masih adakah alasan kita untuk tidak memberikan ASI untuk si kecil? Berikanlah ASI secara ekslusif hingga bayi berusia 6 bulan. 4. Menyusui pun ada ilmunya. Cara menyusui yang benar dapat dilakukan dengan cara-cara berikut. Letakkan wajah bayi menghadap ke payudara Anda dengan cara menyangga kepala bayi dengan satu tangan. Posisi ini akan membuat kepala bayi lebih tinggi daripada dada dan perutnya (seperti posisi setengah duduk). Dekaplah bayi Anda dengan lembut sehingga perutnya akan bersentuhan dengan perut Anda. Dengan tangan Anda yang lain, sanggalah payudara agar mudah dicapai oleh mulut bayi. Pastikan puting payudara dan bagian sekitar areola (bagian berwarna hitam yang mengelilingi puting payudara Anda) masuk ke dalam mulut bayi. Biarkan ia mengisap sampai kenyang dan penting pula, biasakan ia mengisap dari kedua payudara Anda. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994) Posisi menyusui sambil duduk yang benar Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994) Posisi menyusui sambil rebahan yang benar Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994) 5. Pemberian ASI sebaiknya tidak boleh diselingi dengan susu formula. Perlu dicatat bahwa bila tidak ada hal-hal yang menghalangi ibu memberikan ASI pada bayi seperti kondisi ibu yang sakit berat, atau bila mendapat sedang dalam tahap pengobatan dengan obat yang dapat dikeluarkan bersama ASI dan dapat membahayakan kesehatan bayi atau bila ASI tidak dapat keluar sama sekali, maka pemberian susu formula mendapat tempat. Sebaliknya, bila ASI diselingi dengan pemberian PASI (Pengganti ASI, misalnya susu formula) padahal ibu tidak ada halangan memberikan ASI, akan memberikan dampak yang tidak baik. Produksi ASI akan berkurang karena tidak selalu dikosongkan melalui rangsangan hisapan bayi. Segala kebaikan dan manfaat ASI tentunya tidak akan diperoleh oleh bayi. Selain itu, bayi akan mulai belajar minum dengan dot, yang bagi si kecil, kegiatan ini lebih menyenangkan karena ia tidak perlu bersusah payah mengisap namun pancaran susu cukup banyak. Mungkin, pernyataan berikut cukup bijak mewakili kondisi ini: untuk apa memberikan pengganti, jika yang digantikan masih ada. Setuju ya? 6. Bayi tampak kuning pada minggu pertama masih dianggap normal. Kuning pada bayi, atau istilah medisnya adalah ikterus, boleh jadi hal yang normal dan bisa juga sebaliknya. Pada sebagian besar bayi, kondisi ini masih normal. Kuning pada bayi biasanya muncul pada hari ketiga setelah lahir, terlihat samar-samar Warna kuning ini disebabkan adanya kadar bilirubin – suatu zat hasil pengolahan sel darah merah – yang meninggi di dalam darah. Bila diperiksa, kadarnya mencapai 5 mg per 100 cc darah atau lebih. Normalnya, kadarnya kurang dari 1 mg per 100 cc darah. Warna kuning ini harus menghilang setelah minggu kedua. Jadi, bila kuning muncul sedari hari pertama atau kuningnya tidak menghilang setelah 10 hingga 14 hari, sebaiknya perlu diperiksa dengan teliti. Kadar bilirubin yang terlampau tinggi, pada bayi baru lahir, dapat membahayakan bayi karena dapat merusak otak. 7. Bayi yang kuning tidak perlu dijemur dibawah sinar matahari. Sebenarnya tidak perlu menjemur bayi kuning di bawah sinar matahari karena memang tidak ada manfaatnya. Kuning pada bayi akan menghilang dengan sendirinya pada minggu kedua. Namun bukan berarti hal ini dilarang. Silahkan lakukan bila hal ini dapat memberikan efek psikologis pada Anda dengan catatan, jangan terlalu lama. Lakukan selama kurang lebih 15menit dibawah sinar matahari pagi tatkala matahari belum terlalu tinggi. 8. Talipusat butuh perawatan yang tepat. Talipusat bayi bukan hiasan semata. Perawatan perlu dilakukan agar tidak terjadi infeksi sebelum talipusat lepas dengan sendirinya (istilahnya disebut dengan puput). Prinsipnya adalah menjaga puntung talipusat supaya tetap bersih dan kering hingga dapat lepas dengan sendirinya. Anda tidak perlu mengoleskan apapun pada puntung. Bila keadaannya tetap kering, Anda dapat membersihkan setiap selesai mandi atau buang air dengan menggunakan cotton bud (pembersih liang telinga) yang diolesi alkohol 70%. Sebaiknya tidak menggunakan antiseptik karena kandungan yodium di dalamnya dapat mengganggu pertumbuhan kelenjar gondoknya. Bila menggunakan popok, lipat popok dibawah pusat, tidak membalut talipusat. Hal ini dimaksudkan agar ketika si kecil buang air kecil, talipusat tidak basah terkena air kencing. Talipusat umumnya lepas dalam waktu 5 hari hingga 7 hari meski kadang ada yang sampai dua minggu. 9. Cara bijak memandikan bayi. Sebenarnya, bayi tidak perlu dimandikan (yakni dengan mencelupkan ke dalam bak mandinya) dalam 1 – 2 minggu pertama. Namun bayi harus tetap dibersihkan dan dikeringkan setiap kali pipis atau buang air besar. Kalau puntung talipusat belum puput, bayi cukup dibersihkan dengan lap saja karena puntung talipusat yang basah, cenderung menimbulkan infeksi. Gunakan air hangat-hangat kuku. Bukalah pakaiannya dan segera selimuti dengan handuk. Buka daerah tubuh bayi yang akan dilap saja agar bayi tidak kedinginan. Untuk wajah, tidak perlu menggunakan sabun. Gunakan sabun untuk mengelap bagian tubuh lainnya. Jangan lupa bersihkan juga daerah selangkangannya. Kalaupun Anda lebih memilih untuk memandikannya, tidak mengapa. Yang penting, tahu caranya. Bila talipusat belum puput, Anda dapat menyelupkan ke dalam bak mandi kecil khusus si kecil. bayi boleh dimandikan di dalam bak mandi kecil. Gunakan air hangat-hangat kuku. Masukkan bayi secara perlahan-lahan. Mula-mula, basuhlan wajah, bagian kepala, kemudian seluruh tubuhnya tanpa menggunakan sabun. Lalu basuh kembali tubuh dan bagian lainnya dengan sabun, kemudian dibilas. Bila talipusat belum puput, segera keringkan talipusatnya seusai mandi dan olesi dengan alkohol 70%. 10. Napas bayi berbunyi grok-grok tidak selalu berarti pilek. Pada bayi hingga usia beberapa bulan, rongga hidungnya masih sempit terutama saat pagi hari atau udara dingin. Alhasil, napasnya menjadi berbunyi grok-grok. Jadi, bukan berarti pilek. Tidak perlu diobati karena akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Penyebab lainnya, adalah adanya peningkatan produksi lendir yang biasanya dialami bayi dengan bakat alergi atau bila ada infeksi misalnya influensa. Jadi, yang perlu dicermati adalah apakah bayi ada alergi atau infeksi yang biasanya ditandai dengan adanya demam. 11. Keluarnya bercak darah dari kemaluan dapat terjadi pada bayi perempuan. Bercak darah kadang disertai lendir dari liang kemaluan bayi perempuan seperti menstruasi memang dapat terjadi. Hal ini disebabkan masih adanya pengaruh hormon estrogen ibu yang banyak diproduksi oleh ibu semasa bayi dalam kandungan. Hormon estrogen ini mempengaruhi kelenjar pada rahim bayi perempuan. Tidak perlu dikuatirkan dan hal ini tidak membutuhkan pengobatan karena akan hilang dengan sendirinya seiring dengan penurunan kadar hormon estrogen pada bayi. 12. Pemakaian gurita atau bedong pada bayi tidak dianjurkan. Sejatinya, bayi dipakaikan gurita dengan tujuan untuk menghangatkan bayi dan mencegah pusar bodong. Hal ini tidak dianjurkan karena memang tidak beralasan. Pemakaian gurita, apalagi bila dipakaikan terlalu ketat, dapat menekan dinding perut bayi sehingga tidak dapat secara bebas mengembang sewaktu bernapas. Alhasil, gurita akan menghalangi pernapasan bayi. Selain itu, gurita yang terlalu ketat juga akan menekan dinding perut sehingga dapat menyebabkan bayi lebih mudah muntah ataupun gumoh. Sedangkan pemakaian bedong biasanya dengan tujuan mencegah kaki bayi bengkok. Hal ini juga tidak ada pembenarannya. Pembedongan bayi, sebenarnya lebih tepat bila ditujukan agar bayi merasa hangat dan tidur dengan tenang, namun dengan catatan, kenakan bedong dengan longgar. Yang sering terjadi adalah bayi dibedong terlalu rapat dan kuat. Padahal ini tidak boleh karena dapat mengganggu peredaran darah, menghambat pernapasan, dan juga dapat mengganggu perkembangan gerakan (motorik) bayi karena tangan dan kakinya tidak dapat bergerak dengan leluasa. 13. Makanan tambahan selain ASI tidak dianjurkan diberikan sebelum usia 6 bulan. Makanan tambahan baru boleh diberikan setelah bayi berusia 6 bulan. Sampai usia 6 bulan, sebenarnya ASI saja sudah cukup memenuhi semua kebutuhan nutrisi bayi. Kondisi ini juga berlakui untuk yang mendapatkan susu formula (karena tidak bisa mendapatkan ASI), makanan tambahan tetap diberikan pada usia 6 bulan. Memberikan makanan tambahan sebelum usia 6 bulan memberikan risiko tersedak yang lebih besar dan lebih mudah terjadi alergi. Kematangan saluran cerna bayi umumnya terjadi pada usia 4 hingga 6 bulan termasuk kematangan mekanisme menelan. Sejenak, kalau kita mencermati, sebelum usia 6 bulan, bayi akan menunjukkan penolakan terhadap makanan bila Anda suapi. Bayi akan melakukan refleks mendorong dengan lidahnya semua benda padat yang masuk mulutnya, kecuali puting susu atau dot yang sudah dikenal sebelumnya. Refleks ini akan menghilang sendirinya saat usia 6 bulan. Artinya, secara alami, bayi memang tidak perlu diberikan makanan tambahan selain ASI. 14. Madu tidak boleh diberikan pada bayi kurang dari 1 tahun. Hal ini disebabkan karena madu merupakan tempat yang baik untuk kuman yang disebut Clostridium botulinum tumbuh. Kuman ini menyebabkan keracunan makanan yang disebut botulisme. Gejalanya dapat bervariasi mulai dari ringan hingga dapat menyebabkan kematian. Sembelit yang berkepanjangan, kelemahan pada lengan dan tungkai, lemah saat menangis dan mengisap susu, adalah gejala yang sering terjadi. 15. Bayi akan tampak sering tertidur. Tidak perlu terlalu kuatir. Pada bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi lebih banyak menghabiskan waktunya dengan tidur. Ia biasanya hanya bangun bilamana lapar atau ada hal yang membuatnya tidak nyaman misalnya basah karena buang air kecil atau buang air besar. Bayi baru lahir memang belum mengenai perbedaan siang dan malam. Anda pun tidak perlu kuatir karena bayi tidur sesuai dengan kebutuhannya. Rata-rata, bayi baru lahir tidur 16 jam sehari. Kemudian hingga usia 6 bulan, kebutuhan tidurnya mulai bervariasi antara 10 hingga 18 jam sehari. Namun, bila si kecil sudah tidur lebih dari dua jam, tidak ada salahnya Anda bangunkan untuk diberikan ASI. 16. Amati jumlah biji kemaluan bayi lelaki Anda. Pada sebagian bayi yang lahir cukup bulan, satu atau kedua testis (buah zakarnya) belum teraba pada kantung kemaluan. Secara medis, istilahnya disebut kriptorkismus. Keadaan ini paling sering terjadi pada bayi yang lahir prematur. Makin prematur bayi dilahirkan, makin sering pula dijumpai. Biasanya, sekitar 66% kasus kriptorkismus akan mengalami penurunan testis sebelum usia 6 bulan. Setelah usia ini, biasanya testis tidak akan turun sendiri sehingga memerlukan pengobatan. Jika masih tidak turun hingga usia 2 tahun, tindakan bedah sebaiknya dilakukan. Sebaiknya, diskusikan dengan dokter Anda untuk merencanakan pengobatan yang tepat dan terbaik. Jangan pernah melakukan tindakan sendiri seperti memijat atau berusaha mencari letak testis. 17. Mata bayi tampak selalu berair meski tidak sedang menangis. Memang benar, mata bayi tampak berair. Hal ini masih normal,dan ini terjadi karena saluran air matanya yang belum berfungsi sempurna. Hal ini membuat kotoran mata yang seharusnya terbuang mengikuti saluran air mata menjadi sedikit menumpuk dan terjadi belekan. Keadaan ini akan hilang dengan sendirinya meski membutuhkan waktu yang bervariasi hingga berbulan-bulan. Ada kalanya, orangtua, dianjurkan melakukan pijatan lembut pada sudut mata di dekat pangkal hidung untuk membantu melancarkan aliran. Namun, bila terlihat berlebihan, bahkan kotoran matanya banyak dan lengket, sebaiknya Anda perlu berkonsultasi ke dokter. 18. Bayi dapat menangis tiba-tiba karena kolik. Kolik adalah nyeri perut yang munculnya hilang timbul. Biasanya terjadi pada bayi lelaki, gemuk, usia berkisar 2-6 bulan. Gejalanya bayi tiba-tiba menangis, rewel, bahkan tangisannya melengking sehingga membuat orangtuanya panik. Padahal sebelumnya, si kecil tampak sehat saja. Bujuk rayu orangtua untuk mendiamkan tangisan seringkali tidak berhasil, malahan justru orangtuanya yang menjadi gelisah. Bayi terus menangis dan menangis bahkan kadang wajahnya dapat memerah. Namun, setelah serangan kolik ini selesai, bayi pun akan diam dengan sendirinya dan akhirnya tidur seolah tidak terjadi apa-apa. Kuncinya di sini adalah orangtua harus tetap tenang. Tidak usahlah menggendong bayi hilir mudik berlebihan untuk menenangkan, apalagi bila ikut-ikutan menangis atau bahkan marah. Boleh saja menggendong, namun lakukan dengan lembut. Bila memang benar serangan kolik, maka ini akan berhenti dengan sendirinya dan bayi akan tertidur karena kelelahan. 19. Bayi sebaiknya tidak ditidurkan dalam keadaan tengkurap. Di negara kita, kebanyakan bayi ditidurkan dalam posisi yang alami yakni terlentang. Dulu, kerap dianjurkan agar bayi ditidurkan dalam posisi tengkurap atau telungkup. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bahaya tersedak atau aspirasi, yakni istilah untuk masuknya makanan ke dalam saluran pernapasan saat bayi gumoh atau muntah. Padahal, yang dapat terjadi justru sindrom kematian mendadak pada bayi yang ditidurkan telungkup. Lain hal bila bayi sudah dapat tengkurap dengan sendirinya, biarkan ia mencari sendiri posisi tidurnya yang nyaman. Jadi dianjurkan, sebelum bayi berusia 4 bulan, sebaiknya tidak menidurkan bayi dalam posisi telungkup atau tengkurap. 20. Jangan lupa berikan imunisasi untuk bayi Anda. Imunisasi diperlukan untuk memberikan perlindungan bagi bayi Anda dari penyakit infeksi. Sebaiknya, Anda memastikan bayi Anda telah diimunisasi, bahkan semenjak baru dilahirkan. Bayi yang baru lahir perlu mendapat imunisasi BCG, polio, dan hepatitis B. Ikuti program imunisasi yang diwajibkan pemerintah kita antara lain: vaksin BCG, polio, hepatitis B, DTP dan campak, yang bisa diperoleh gratis di puskesmas atau posyandu. Dan program imunisasi yang dianjurkan seperti Hib, MMR, Tifoid, Hepatitis A, Varisela, IPD (pneumokokus) dan influensa, penting juga Anda ikuti. Hanya saja, untuk program imunisasi yang dianjurkan ini, Anda harus menyediakan dana sendiri karena tidak bisa didapatkan secara gratis. Bahan Bacaan: 1. Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S. Editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1991. 2. Sastroasmoro S. Membina tumbuh kembang bayi dan balita. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2007 3. Sigit IP, Suradi R, Masoara S, Boediharjo SD, Marnoto W. Bahan bacaan manajemen laktasi. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia. 2004 4. Staa Karel A, Meiliasari M. Menjadi dokter anak di rumah. Jakarta: Puspa Swara. 2005. 5. Satgas Imunisasi. Jadwal imunisasi anak 2007.