Laman

Sabtu, 07 Mei 2011

Nutrisi dan Stimulasi yang Cukup, Optimalkan Tumbuh Kembang Anak

Tahukah Anda bahwa sejak dilahirkan hingga usia 3 tahun, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan paling pesat? Masa emas pertumbuhan otak berlangsung sangat cepat hingga usia 3 tahun. Masa ini tak dapat terulang sehingga masa ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kecerdasan balita. Setelah itu, proses akan melambat yakni pada usia sekolah dan usia remaja. Sebenarnya, perkembangan otak sudah dimulai sejak kehamilan dua minggu. Pada minggu kelima, otak besar sudah mulai terbentuk dan pada minggu ke-25, girus atau lekukan otak terbentuk. Jumlah sel saraf bertambah dan terus bertambah selama masa kehamilan. Setelah dilahirkan, sel saraf berhenti bertambah. Proses yang berkembang setelah lahir selanjutnya adalah pembentukan hubungan antarsel saraf (sinaps). Selain itu, terbentuk juga pembungkus sel saraf yang disebut sebagai mielin. Perkembangan sinaps amat ditentukan oleh dua hal yakni nutrisi dan stimulasi. Sedangkan mielin lebih bergantung pada nutrisi saja. Masa emas pertumbuhan otak berlangsung sangat cepat hingga usia 3 tahun. Masa ini tak dapat terulang sehingga masa ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kecerdasan balita. Setelah itu, proses akan melambat yakni pada usia sekolah dan usia remaja. Cukupi Kebutuhan Nutrisi Agar proses tumbuh kembang otak berjalan baik, bayi banyak membutuhkan protein, karbohidrat, dan lemak. Hal ini harus dicukupi semenjak bayi masih dalam kandungan. Selain itu, bayi juga membutuhkan vitamin B1, B6, asam folat, yodium, zat besi, seng, AA, DHA, dan asam-asam amino penting seperti triptofan dan tirosin. ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh bayi. Laktosa dalam ASI berperan dalam pembentukan galaktolipid yang penting dalam perkembangan otak. Asam arakidonat (AA) dan DHA (docosahexanoid) terkandung lengkap dalam ASI. DHA penting untuk ketajaman penglihatan dan tingkat kecerdasan bayi. Kolostrum dalam ASI penting untuk proses pembentukan mielin. Sedangkan kolin dan sfingomielin penting dalam metabolisme sel saraf. Triptofan dan tirosin (suatu asam amino esensial) bersama dengan zat besi, dibutuhkan untuk bahan baku pembuat neurotransmiter – suat zat yang dibutuhkan dalam proses penghantaran sinyal sel saraf. Vitamin B6 dibutuhkan untuk enzim otak. Saat masa penyapihan, kebutuhan akan zat-zat ini tetaplah harus dicukupi hingga usia 3 tahun mengingat peranannya dalam proses perkembangan otak. Makanan rumah yang bergizi sejatinya sudah mencukupi semua kebutuhan tersebut namun ada kalanya, perlu penambahan susu formula untuk membantu melengkapi. Stimulasi Dini Sangat Penting Stimulasi sebaiknya dimulai sejak dini sejak masa kehamilan 6 minggu hingga usia 3 tahun. Ajaklah janin dalam kandungan Anda bicara, bernyanyi, mengaji, membacakan doa, sambil mengelus-elus perut Anda. Stimulasi harus tetap dilanjutkan meskipun bayi sudah lahir. Lakukan dengan penuh kasih sayang dan gembira secara terus menerus. Teratur setiap hari. Anda dapat melakukannya setiap kali berinteraksi dengannya misal saat memandikan, mengganti popok, menyusui, menyuapi, mengajak jalan-jalan atau menggendongnya. Stimulasi disesuaikan dengan usia anak dan sebaiknya dilakukan setiap hari. Prinsipnya, stimulasi ditujukan merangsang semua sistem indera dan dapat merangsang gerak kasar dan halus kaki, tangan, dan jari-jari buah hati Anda. Untuk usia 0 – 3 bulan, lakukan dengan memberi kenyamanan pada bayi, misal memeluknya, menggendongnya, menatap matanya, mengajak tersenyum, bicara, membunyikan sumber suara atau musik, menggerakkan benda berwarna menyolok, menggulingkan bayi ke kanan dan kiri, menengkurapkan bayi dan juga rangsanglah ia untuk meraih dan memegang mainan. Ketika bayi Anda berusia 3 – 6 bulan, ajaklah bermain cilukba. Ajak juga ia melihat wajahnya, wajah ibunya atau pengasuhnya melalui cermin. Di masa ini, lebih giat untuk merangsangnya tengkurap, telentang, bolak-balik, dan duduk. Umur 6 hingga 9 bulan, panggilah ia dengan namanya secara berulang. Ajak ia bersalaman, tepuk tangan, seraya membacakan dongeng untuknya. Tetap rangsang ia untuk duduk sambil perlahan Anda melatihnya berdiri berpegangan. Untuk usia 9 hingga 12 bulan, ajari ia menyebutkan mama-papa secara berulang. Ajak ia memasukkan mainan ke dalam keranjang atau menggelindingkan bola karena ia mulai mengerti satu dua perintah sederhana. Mulailah mengajarinya minum dari gelas. Kini ia sudah siap belajar berjalan. Ajari ia berdiri dan berjalan sambil berpengangan. Umur 12 – 18 bulan, ajak ia berjalan sambil dituntun mengelilingi rumah. Sekarang ia sudah bisa diajari mencoret-coret dengan menggunakan pinsil warna. Ajari ia menyusun balok, kubus, ataupun puzzle. Ajari ia memasukkan dan mengeluarkan benda kecil dari wadahnya. Ia mungkin sudah bisa berjalan tanpa berpegangan, ajari ia terus, ditambah latihan berjalan mundur, menendang bola, menaiki tangga. Beri ia perintah-perintah sederhana, minta ia menyebutkan namanya atau menunjukkan benda-benda. Umur 18 hingga 24 bulan, ajak ia menanyakan, menyebutkan dan menunjukkan anggota tubuhnya. Misalnya mana kepala?hidung?mata?dan sebagainya. Ajari ia dengan gambar, nama-nama binatang dan benda-benda lainnya. Ajak ia berbicara tentang aktivitas harian seperti makan, mandi, minum, dan tidur. Latihlah ia menggambar garis-garis, memakai dan melepaskan baju serta celananya. Ia juga akan senang sekali diajak melompat-lompat. Usia 2 – 3 tahun, ia sudah hampir bisa melakukan semuanya. Kenalkan ia dengan warna. Ajari ia menggunakan kata-kata sifat seperti sedih-gembira, panas-dingin, besar-kecil. Minta ia menyebutkan nama teman-temannya. Ajari ia berhitung sederhana, menyikat gigi. Sekarang ia mampu Anda ajari berdiri dengan satu kaki. Jangan lupa, mulailah mengajarinya menggunakan kamar mandi (toilet). Usia 3 – 4 tahun, bayi Anda sudah bisa berjalan sendiri mengunjungi tetangga. Ia kini mampu bicara dengan baik, menyebut namanya. Ajari ia terus tanpa bosan. Sekarang sudah saatnya Anda mengenalkannya aktivitas untuk kesiapan bersekolah misal cara memegang pinsil yang benar, menulis, mengenal huruf dan angka, buang air besar/kecil di toilet dan juga ajari ia kemandirian. Dhio, usia 3 tahun, ingin jadi dokter :) Dengan semua stimulasi ini, diharapkan akan merangsang pembentukan hubungan antarsel saraf (sinaps) dan melipatgandakan jumlah sinaps tersebut sehingga kelak akan terbentuk jaringan otak yang kompleks dan canggih. Pada akhirnya, kecerdasan anak akan semakin terasah dan bervariasi. Hal inilah yang dikenal dengan kecerdasan multipel (multiple intelligence). Bukankah itu yang kita inginkan? Dhio di Monas Referensi: 1. Markum AH, Ismael S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S. Editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1991. 2. Sastroasmoro S. Membina tumbuh kembang bayi dan balita. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2007 3. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Editor. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta: CV Sagung Seto. 2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar