Laman

Sabtu, 07 Mei 2011

Kegawatan Maternitas

Kegawatan Maternitas 1. Danger (bahaya) Kenali bahaya untuk diri sendieri dan pasien, kita mengunakan Handscone dan masker untuk proteksi diri 2. Respons Priksa kesadaran Klien dengan cara memanggil klien, jika tidak berespon tebuk bahu klien dan jika tidak berespon segera panggil bantuan 3. Airway Bersihkan jalan napas, buka jalan napas dengan tehnik Head till chin Lift ( miringkan kepala dan angkat bahu) 4. Breathing Periksa pernapasan dengan cara · Look : dilihat pergerakan dada · Listen : dengarkan sauara napas · Feel : rasakan hembusan udara yang keluar 5. Circulation Periksa adanya perdarahan atau tidak, cek nadi karotis bila tidak teraba dilakukan ventilasi 2 kali dengan cara : · Mouth to mouth · Mouth to mask · BVM 1. Kegawatan Kehamilan - Trimester I a. Abortus jenis-jenis abortus dan penatalaksanaannya a) Aborsi Yang Mengancam (Abortus Iminens) Aborsi yang mengancam berhubungan dengan perdarahan dari letak Placenta dimana tidak cukup hebat untuk mengahiri kehamilan biasanya terjadi dalam 12 minggu pertama. Tanda dan gejala: 1) Darah merah terang/coklat yang bukan melalui Vagina 2) Nyeri ringan pada Abdomen/ nyeri punggung 3) Ostium serviks etertutup dan membran utuh Penanganan: 1) Pasien harus ditenangkan dan dianjurkan berbaring 2) Monitor TTV 3) Hitung total volume darah yang keluar 4) Rujuk ke Rumah Sakit Penatalaksanaan di Rumah Sakit: 1) Bedrest 2) Pemberian obat Sedatif 3) Catat dan kaji TTV 4) Lakukan USG b) Aborsi yang Tidak dapat Dihindari (Abortus Insipien) Suatu oborsi dipertimbankan menjadi tak dapat dihindari ababila serviks berdilatasi keadaan ini biasanya terjadidalam 12 minggu kehamilan Tanda dan Gejala : 1) Darah merah terang keluar melalui vagina 2) Nyeri abdomen yang teratur 3) Pasien cepas dan tidak tenang Penanganan : 1) Pasien harus ditenangkan 2) Catat dan kaji TTV Penatalaksanaan di Rumah Sakit 1) Bedrest 2) Pemberian obat analgetik dan sedative 3) Catat dan kaji TTV 4) Lakukan USG c) Abortus Incomplit (Keguguran tidak lengkap) Sebagian dari buah kehamilan telah dilakukan tapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertingal di dalam rahim. Tanda dan gejala : 1. setelah terjadi Abortus dengan pengeluaran jaringan perdarahan berlangsung terus menerus 2. serviks tetap terbuka Penatalaksanaan : Abortus incomplit harus segera dibersihkan dengan Curettage atau secara digital. Selama masih ada sisa-sisa placenta akan terjadi terus perdarahan d) Abortus komplit (keguguran lengkap) Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap maka hendaknya pada Abortus ini kita priksa jaringan yang dilahirkan. e) Abortus Provokatus (disenagaja digugurkan) - Abortus provokatus theraphitikus. Yaitu untuk tindakn terapi pada ibu-ibu yang memilki penyakit jantung - Abortus kriminalis. Adalah penguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum. b. KET ( kehamilan ektopik terganggu) 1. kehamilan Tuba tanda dan gejala: - nyeri perut - Amenore - perdarahan pervagina - terjadi syok hepovolemik - gangguan BAK pemeriksaan diagnostik - Reaksi Galli mainni : (+) jika ada kehamilan, (-) jika tidak berarti - Dauglas fungsi :jarum besar yang di hubungkan dengan spuit di tusukan kedalam kavum dauglas ditempat kavum dauglas menonjol kedalam vornik posterior, (+) jika darah berwarna merah tua, tidak membeku setelah di hisap terdapat gumpalan-gumpalan darah kecil pengobatan : segera dilakukan oprasi salphingektomi denagn pemberian tranfusi darah 2. Kehamilan abdominal Tanda dan gejala; 1. pergerkan anak dirasakan nyeri oleh ibu 2. BJA lebih jelas terdenagar 3. bagian anak lebih mudah teraba 4. sakit perut hebat disertai pusing Penatalaksanaan: 1. Oprasi ditujukan untuk melahirkan anak saja sedangkan lasebta ditinggalkan 2. Plasenta yang ditinggalkan lambat laun akn di resorbsi 3. tranfusi jika diperlukan 3. kehamilan ovarial Jarang terjadi dan biasanya terjadi dengan ruktur dengan hamil muda untuk Mendiagnosa kehamilan ovarial harus dipenuhi kriteria dari spiegel berb. - Trimester II 1. prekalamsi 2. Eklamsi - Trimester III a. Plasenta Privia tanda dan gejala 1. Perdarahan tanpa nyeri 2. perdarahan berulang ulang 3. Perdarhan keluar banyak 4. teraba jaringan palsenta 5. Robekan selaput marginal Terapi : a. Terapi aktif - cara vaginal untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan penutup perdarah dengan tampol - Dengan SC untuk mengosongkan rahim b. Terapi Ekspektif - pemecahan ketuban - versi Braxton Hick adalah tampon placenta dengan bokong b. Solusio placenta Tanda dan gejala : - Perdarahan disertai nyeri - Anemi dan syok - Perdarahan keluar sedikit - Palpasi sukar karena rahim keras Terapi : 1. Terapi umum -pemberian darah cukup -pemberian O2 -pemberian antibiotik -pada syok diberikan Kortikostreroid 2. Terapi obstetri pimpin persalina pada pasien bertujuan untuk pempercepat persalinan sedapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam. 2.Kegawatan Persalinan a. Robekan Rahim tanda dan gejala : 1. Sewaktu kontrksi pasien tiba-tiba nyeri 2. His berhenti 3. perdarhan pervagina 4. BJA tidak ada 5. Hematuri 6. Syok Terapi : 1. Jika sudah didiagnosa ruptur uteri tidak usah melahirkan anak pervaginal 2. Oprasi laparatomi untuk menggkat rahim yang robek 3. Tranfusi darah 4. Post op pasien diletakan secara fowler supaya infeksi terbatas pada prlvis dan diberi antibiotik dalam dosis tinggi. 3.Kegawatan post partum I. Penertian adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998). II. Etiologi Penyebab umum perdarahan postpartum adalah: 1. Atonia Uteri 2. Retensi Plasenta 3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban - Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta) - Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia) 4. Trauma jalan lahir a. Episiotomi yang lebar b. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim c. Rupture uteri 5. Penyakit darah Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai : - Perdarahan yang banyak. - Solusio plasenta. - Kematian janin yang lama dalam kandungan. - Pre eklampsia dan eklampsia. - Infeksi, hepatitis dan syok septik. 6. Hematoma 7. Inversi Uterus 8. Subinvolusi Uterus III. Manifestasi Klinis Gejala Klinis umum yang terjadic adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual. Gejala Klinis berdasarkan penyebab: a. Atonia Uteri: Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer) Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain) b. Robekan jalan lahir Gejala yang selalu ada: perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, kontraksi uteru baik, plasenta baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: pucat, lemah, menggigil. c. Retensio plasenta Gejala yang selalu ada: plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan d. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta) Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang. e. Inversio uterus Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat IV. Patofisiologi Faktor Etiologi Kontraksi uterus menurun Pembuluh-pembuluh darh melebar dan tidak menutup sempurna untuk meningkakat sirkulasi Sehingga perdarahan terus-menerus Syok Hipovolemik Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim. Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim. Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir. Penyebab retensio plasenta : Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya. Perdarahan Postpartum akibat Subinvolusi Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi, dan keadaan ini merupakan salah satu dari penyebab terumum perdarahan pascapartum. Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggu pascapartum. Perdarahan Postpartum akibat Inversio Uteri Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah V. Pemeriksaan Penunjang a. Golongan darah : menentukan Rh, ABO dan percocokan silang b. Jumlah darah lengkap : menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah putuih (SDP). (Hb saat tidak hamil:12-16gr/dl, saat hamil: 10-14gr/dl. Ht saat tidak hamil:37%-47%, saat hamil:32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-10.000/mm3. saat hamil 5.000-15.000) c. Kultur uterus dan vagina : mengesampingkan infeksi pasca partum d. Urinalisis : memastikan kerusakan kandung kemih e. Profil koagulasi : peningkatan degradasi, kadar produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa protrombin memanjang pada KID Sonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan VI. Terapi Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus harus diurut : · Pijat dengan lembut boggi uterus, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah untuk menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan. Waspada terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri. · Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan. · Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi. · Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam. · Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan. · Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif · Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi plasenta. · Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran. · Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda kegawatan pernafasan. VII. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan tanda-tanda vital 1) Suhu badan Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan kembali normal (360 C – 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia 2) Nadi Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat. 3) Tekanan darah Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia 4) Pernafasan Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal. b. Pemeriksaan Khusus Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi : 1. Nyeri/ketidaknyamanan Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma) 2. Sistem vaskuler § Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya § Tensi diawasi tiap 8 jam § Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah § Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan § Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura. 3. Sistem Reproduksi a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat jam post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak e. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum f. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi) 4. Traktus urinarius Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain 5. Traktur gastro intestinal Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi 6. Integritas Ego VIII. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Riwayat kesehatan dahulu riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta 2. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual. 3. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular. - Riwayat obstetrik a. Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT b. Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil c. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu mas, ketakutan dan khawatir B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang berlebihan 2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovelemia 3. Ansietas berhungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan pada status kesehatan atau kematian, respon fisiologis 4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, Stasis cairan tubuh, penurunan Hb 5. Resiko tinggi terhadap nyeri berhubungan dengan trauma/ distensi jaringan 6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan atau tidak mengenal sumber informasi C. Rencana Keperawatan pada Pasien Perdarahan Postpartum No Diagnosa Intervensi Rasional 1 Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan Tujuan : Volume cairan adekuat Hasil yang diharapkan: - TTV stabil - Pengisian kapiler cepat - Haluaran urine adekuat Intrevensi : 1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan, perhatikan faktor-faktor penyebab atau memperberat perdarahan seperti laserasi, retensio plasenta, sepsis, abrupsio plasenta, emboli cairan amnion. 2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan ; timbang dan hitung pembalut ; simpan bekuan darah, dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter. 3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus. Dengan perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan sambil menempatakan tangan kedua tepat diatas simfisis pubis 4. Perhatikan hipotensi / takikardia, perlambatan pengisian kapiler atau sianosis dasar, kuku, membran mukosa dan bibir. 5. Pantau parameter hemodinamik, seperti tekanan vena sentral atau tekanan bagi arteri pulmonal, bila ada 6. Pantau masukan aturan puasa saat menentukan status/kebutuhan klien 7. Berikan lingkungan yang tenang dan dukungan psikologi 2 . Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemi Tujuan : Tidak terjadi perfusi jaringan Kriteria hasil : · Menunjukkan tanda-tanda vital dalam rentang normal · Ekstremitas hangat · Kapiler refill <> 35 tahun § Paritas > 3 kali § Inaktivitas § Kelahiran cesar § Diabetes mellitus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar